Tasua Huseini (1)

Imam Shadiq as berkata, Tasua adalah hari ketika Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya dikepung di Karbala oleh pasukan Syam. Ibnu Ziyad dan Umar bin Saad bergembira melihat pasukan sebanyak itu mengepung Imam Husein. Mereka mengira hari itu, Imam Husein bersama para sahabatnya sudah lemah dan tidak akan ada lagi yang datang menolong, warga Irak pun tidak akan mendukungnya.

Meski kebangkitan Imam Husein terjadi di hari ke-10 Muharam tahun 61 HQ, di Karbala, namun peristiwa-peristiwa sebelumnya menjadi penyebab kebangkitan tersebut. Semakin dekat ke hari Asyura, kebejatan-kebejatan Yazid bin Muawiyah pun semakin merajalela dan mendorong Imam Husein melakukan kebangkitan bersejarah.

Di antara hari-hari penting sebelum pecahnya kebangkitan Asyura, adalah hari ke-9 Muharam atau Tasua. Di hari ini, terjadi beberapa peristiwa menentukan, pertama, semakin jelas bahwa antara pasukan Yazid pimpinan Umar bin Saad dan pasukan Imam Husein akan terjadi perang, dan seluruh pintu kesepakatan dan kompromi sudah tertutup. Kedua, jelas bahwa perang akan pecah pada hari berikutnya yaitu 10 Muharam.

Umar bin Saad, Komandan pasukan Yazid, karena mengetahui kedudukan tinggi Imam Husein di sisi Rasulullah Saw, berusaha agar beliau, dengan cara tertentu, mau berbaiat kepada Yazid. Dalam pertemuannya dengan Imam Husein, Umar bin Saad diperingatkan akan dampak perbuatannya dan dicegah memerangi dan membunuh keluarga Nabi Muhammad Saw.

Akan tetapi Umar bin Saad bersikeras mendesak Imam Husein berbaiat kepada Yazid karena sudah dijanjikan kekuasaan atas Rei. Setibanya Shimr bin Dzil Jausyan, salah satu komandan pasukan Yazid yang paling bengis, ke Karbala, maka kemungkinan pecahnya perang semakin pasti.

Shimr membawa 1000 pasukan ke Karbala. Sejumlah sumber sejarah mengatakan, jumlah total pasukan Yazid yang dikerahkan ke Karbala diperkirakan mencapai antara 20-30 ribu orang. Di sisi lain, sejak hari ke-7 Muharam, aliran air sudah ditutup bagi para sahabat dan keluarga Imam Husein, dan di hari Tasua, mereka sudah terkepung. Saat itu, sudah tidak ada harapan lagi bagi datangnya bala bantuan yang lebih besar.

Namun yang lebih penting dari pasukan yang dibawa Shimr ke Karbala, adalah sebuah surat yang dibawanya dari Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah kala itu. Surat tersebut ditujukan untuk Umar bin Saad yang memerintahkannya untuk meminta baiat dari Imam Husein atau memeranginya.

Ibnu Ziyad juga mengancam Umar bin Saad, jika tidak sanggup melaksanakan perintah, komando laskar akan diserahkan kepada Shimr bin Dzil Jausyan. Terungkap bahwa surat itu ditulis Ibnu Ziyad di bawah pengaruh Shimr. Umar bin Saad yang khawatir pemerintahan Rei lepas dari tangannya, mengumumkan keputusan untuk memerangi Imam Husein.

Langkah konspiratif lain yang dilakukan Shimr di hari Tasua adalah upayanya memisahkan Abbas bin Ali, pembawa panji pasukan Imam Husein dari Imam. Abbas adalah saudara dan penolong yang setia dan berani, Imam Husein. Oleh karena itu, jika ia terpisah dari Imam Husein, berarti pukulan keras atas kebangkitan beliau.

Untuk menjalankan rencana busuknya, Shimr menyiapkan surat jaminan keamanan untuk Abul Fadhl Abbas dan tiga saudaranya, dan berusaha memanfaatkan kesamaan nasab ibunya untuk menarik simpati putra-putra Umul Banin itu. Akan tetapi ketika Shimr memanggil Abbas, ia bahkan tidak menjawabnya sampai Imam Husein memintanya mendatangi Shimr.

Ketika Abbas menerima surat jaminan keamanan dari Shimr dan diminta meninggalkan Imam Husein, dengan marah ia berkata, semoga Allah Swt melaknatmu dan suratmu ini. Tidak mungkin kami berada dalam keadaan aman sementara putra Fathimah terancam.

Jawaban tegas dan berani Abbas menggagalkan rencana Shimr dan ia benar-benar putus asa untuk memisahkan Abul Fadhl dari Imam Husein. Shimr memahami bahwa Abul Fadhl Abbas akan setia dan membela saudaranya sampai titik darah penghabisan, dan keduanya tidak mungkin dipisahkan.

Bersambung ...