Revolusi Asyura, Simbol Abadi Heroisme (1)

Karbala adalah sebuah nama tempat di Irak. Mungkin bisa dikatakan bahwa tidak ada revolusi dalam sejarah Islam, dari segi bentangan geografi dan durasi kejadian lebih kecil dan lebih singkat dari revolusi Karbala. Dalam peristiwa ini, 72 pembela Imam Husein as berdiri tegak melawan 30.000 pasukan musuh. Peristiwa ini adalah bagian dari sejarah Islam yang paling menggemparkan dan berpengaruh. Di wilayah geografis yang kecil ini, semua keindahan, keagungan, dan nilai-nilai kehidupan tampak dengan

Kisah peristiwa terbesar dalam sejarah mulai ditulis ketika matahari menerangi semesta pada Hari Asyura. Pada subuh hari, Imam Husein as mulai menyusun formasi pasukannya. Setelah shalat Subuh, ia membagi pasukannya dalam tiga regu yang terdiri dari 32 penunggang kuda dan 40 berjalan kaki. Regu pertama berada di sektor Maimanah, regu kedua di sektor Maisarah, dan regu ketiga disiagakan di tengah-tengah.

Komando sektor Maimanah dipegang oleh Zuhair bin Qain, komando sektor Maisarah oleh Habib bin Madhahir, dan sektor tengah dikepalai oleh Imam Husein as sendiri. Ia kemudian menyerahkan panji pasukan kepada saudaranya, Abbas bin Ali atau yang lebih dikenal Qamar Bani Hashim, sementara kemah-kemah berada di belakang pasukan.

Umar bin Sa'ad juga membagi pasukan bejatnya menjadi beberapa kelompok. Kedua pasukan sudah saling berhadapan dan bersiap untuk memulai pertempuran yang menentukan. Husein bin Ali as telah berusaha keras untuk mencegah perang dan terbunuhnya orang-orang Muslim. Ia mencoba segala cara untuk mencegah perang dan tumpahnya darah siapapun di bumi.

Tapi musuh –yang bangga atas banyaknya jumlah mereka dan sedikitnya pendukung Husein as– sudah tidak menggubris cara apapun dan tidak menanggapi positif usulan apapun. Pada Hari Asyura, Imam bahkan mengirim beberapa sahabatnya untuk berbicara dengan pasukan musuh dan dengan cara menjelaskan kebenaran dan realita, mencegah mereka dari melakukan kejahatan.

Ia sendiri juga berulang kali maju ke depan untuk menasehati pasukan musuh dan dengan khutbah yang mencerahkan, menyeru mereka untuk menjaga ketenangan dan tidak menumpahkan darah. Tapi menurut Imam, makanan haram telah menghalangi mereka untuk memahami kebenaran, tetap berada dalam kesesatannya, dan bersikeras untuk memulai perang.

Umar bin Sa'ad resmi memulai perang dengan melepaskan anak panah ke arah pasukan Imam Husein as dan memerintahkan tentaranya untuk menyerbu barisan pasukan Imam. Dalam waktu singkat, kedua pasukan saling mendekat dan terlibat pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, keajaiban sejarah terjadi dan perimbangan militer runtuh yaitu; pertahanan tentara yang kurang dari seratus orang, di mana sebagian dari mereka adalah remaja atau orang tua, terhadap sebuah pasukan dengan kekuatan puluhan ribu personel.

Pejuang yang sedikit ini, dengan keberanian dan kegagahannya, membela dan melindungi semua martabat dan eksistensinya, keyakinan dan prinsip-prinsip agama dan politiknya, dan tidak tunduk pada musuh. Para sahabat setia Imam Husein as adalah contoh nyata dari firman Allah ini, "Dan orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama."

Di Karbala, hati para sahabat Imam Husein as dipenuhi dengan rasa cinta kepada Tuhan. Dalam kondisi sulit itu, keikhlasan dan ketabahan mereka belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia. Seorang Orientalis Jerman, Marbien mengatakan, "Al-Husein telah memberi dunia pelajaran pengorbanan dengan mengorbankan orang-orang yang paling ia cintai dan dengan membuktikan kebenaran alasannya, juga penindasan dan ketidakadilan yang harus ia hadapi. Dia membuat Islam dan kaum Muslim masuk ke dalam buku-buku sejarah."

Bersambung ...