Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Revolusi Asyura, Simbol Abadi Heroisme (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Para sahabat Imam Husein dengan mulia menjemput syahadah atau dengan melanjutkan perlawanan, membuat musuh berjatuhan dan mati konyol. Anggapan musuh pada awalnya adalah bahwa pasukan kecil Imam Husein pada detik-detik pertama serangan besar-besaran, akan hancur total dan perang Karbala akan mudah berakhir, tapi setelah terlibat perang dengan mereka, musuh baru menyadari bahwa mereka menghadapi gunung yang kokoh dari iman dan keyakinan, dan tidak mudah mengalahkannya.

Para sahabat Imam Husein melanjutkan pertempuran dari pagi sampai petang Asyura, dan membela Husein as sampai tetesan darah penghabisan. Musuh yang tidak memperoleh hasil apapun dalam serangan habis-habisan, secara bertahap mulai beralih ke perang satu lawan satu. Karena, meskipun semua pasukan Umar bin Sa'ad datang untuk berperang dengan Imam Husein, namun di antara mereka ada banyak pria yang tidak suka menghunus pedang atas putra Rasulullah Saw, dan mereka dengan terpaksa bergabung dalam barisan pasukan Umar bin Sa'ad.

Untuk alasan ini, mereka ragu-ragu ketika melakukan serangan habis-habisan dan perang terbuka, dan mereka membuat Umar bin Sa'ad gagal untuk mencapai tujuan jahatnya. Disebutkan bahwa perang perorangan lebih menguntungkan pasukan Imam Husein as yang berjumlah kecil. Dalam kondisi ini, masing-masing sahabat Imam pasti bisa melawan beberapa tentara musuh dan menempatkan mereka pada posisi pasif.

Para sahabat Imam Husein, satu per satu –dengan motif membela sosok yang disebut oleh Nabi Saw sebagai pemuda penghulu surga, dan dengan keimanan dan keyakinan yang kuat– meminta izin untuk bertempur kepada Imam dan setelah terlibat perang sengit, mereka menyambut syahadah dengan mulia.

Pada Hari Asyura, para pembela Husein as menciptakan pemandangan yang indah dari cinta dan pengorbanan. Masing-masing berlomba untuk menjemput mati syahid dan mereka menegaskan kesetiaannya kepada putra Fatimah as bahwa jika mereka memiliki beberapa nyawa, mereka akan mengorbankannya untuk Husein dan untuk tujuan sucinya.

Ketika salah satu dari mereka terjun ke medan perang, ia pertama-tama membabat pasukan musuh dengan kekuatan iman dan perlawanannya, dan membela Husein as dengan gagah berani. Saat Imam Husein as menghampiri tubuh sahabatnya yang terluka, sang sahabat bertanya untuk terakhir kalinya, "Wahai Husein, apakah engkau rela atasku?" Dan Husein pun meyakinkannya bahwa mereka semua tidak ada bandingan dalam kesetiaan dan pengorbanan.

Imam Husein akhirnya terjun ke medan perang dengan gagah berani dan jiwa ksatria. Darah Muhammad Saw, Ali dan Fatimah mengalir dalam pembuluh darahnya. Husein kembali membuktikan bahwa ia telah melakukan apapun demi menyelamatkan umat dari kebodohan dan tipu daya. Ia bertempur dengan gagah dan mengingatkan bahwa kebangkitannya semata-mata untuk meluruskan agama kakeknya.

Kehebatannya mengingatkan pasukan musuh pada keberanian Ali as. Tapi, kerakusan akan kedudukan dan harta, membuat mata musuh tidak mampu melihat kebenaran. Sinar matahari perlahan mulai menyingsing dan sebuah peristiwa besar terjadi di Padang Karbala. Darah suci Husein, putra Nabi Muhammad Saw, telah memerahkan tanah Karbala dan kepala Husein berada di ujung tombak musuh.

Kebangkitan Husein as, yang dibarengi dengan rasionalitas dan kearifan, dilakukan untuk melindungi martabat manusia dan agama Islam. Kebangkitan ini penuh dengan nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Oleh karena itu, berabad-abad telah berlalu dari kebangkitan Huseini dan revolusi Karbala, tapi nama dan kenangan akan pengorbanan dan epik ini tetap abadi dalam kalbu dan lembaran sejarah.

Husein as akan dikenang selamanya dan kebangkitannya akan tetap membara. Kesyahidan Imam Husein pada Hari Asyura –demi membela kebenaran dan keadilan– telah menciptakan sebuah kisah cinta yang indah dan abadi dalam sejarah dan mengilhami orang-orang Muslim dan semua manusia merdeka untuk memperingati epik besar ini.

Dapat dikatakan bahwa hari ini Asyura adalah modal untuk persatuan dan kesolidan bangsa-bansga Muslim. Pada hari-hari ini, masyarakat Muslim seolah-olah menemukan kembali kekompakan mereka dalam sebuah simfoni yang besar dan harmonis, mereka semua meneriakkan slogan-slogan untuk menuntut kebenaran dan melawan penindasan.

Turut berduka cita atas gugur syahidnya pemimpin manusia merdeka di dunia dan para sahabat setianya.