Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Perjuangan dan Peran Perempuan dalam Berjuang Bersama Imam Husein di Karbala (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

3. Rubab bint Imra’u al-Qais

Rubab adalah istri dari Imam Husein dan ibu dari putra bungsunya yang masih bayi, Ali Asghar. Meskipun kehadiran Rubab dalam pertempuran fisik tidak mungkin, peran seorang ibu dalam memberikan dukungan emosional kepada suami dan anaknya adalah krusial.

Rubab menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi Imam Husein selama momen-momen yang sulit dan menghadapi situasi yang mengharukan di Karbala. Meskipun dia mengalami duka yang mendalam saat putra bungsunya dibunuh di depan matanya, dia tetap bersabar dan tegar, memberikan inspirasi bagi banyak orang dengan sikapnya yang lapang dada dalam menghadapi cobaan.

4. Layaknya Fatimah al-Zahra

Layaknya nama almarhum ibundanya, Fatimah al-Zahra, seorang wanita yang luar biasa dan mulia, para perempuan di Karbala juga menampilkan keberanian dan ketabahan yang luar biasa. Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, seorang wanita adalah benteng kekuatan dan semangat keluarga, dan di medan perang Karbala, mereka membuktikan kebenaran dari ajaran tersebut.

Dalam perjuangan melawan tirani dan ketidakadilan, perempuan di Karbala telah menunjukkan betapa besar peran mereka dalam menyokong dan membantu perjuangan Imam Husein. Mereka adalah teladan bagi semua wanita yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan dalam setiap zaman. Peristiwa Karbala akan selalu menginspirasi orang-orang di seluruh dunia untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan dan mempertahankan nilai-nilai yang benar.

5. Ummu Kulthum bint Ali

Ummu Kulthum adalah salah satu putri dari Imam Ali dan Fatimah, dan saudara perempuan dari Imam Husein. Meskipun tidak banyak informasi yang diketahui tentang perannya secara spesifik di Karbala, keberadaannya dalam rombongan Imam Husein menandakan bahwa perempuan juga terlibat secara langsung dalam peristiwa tersebut.

6. Fidha

Fidha adalah budak perempuan yang diberikan oleh Imam Ali kepada Sayyida Fatimah sebagai hadiah pernikahan. Setelah kematian Imam Ali, Fidha tetap setia kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan ikut dalam perjalanan menuju Karbala bersama Sayyida Zainab. Setelah tragedi di Karbala, Fidha menjadi tawanan Yazid dan menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan.

7. Layaknya Anak-anak Yatim

Selain sosok perempuan yang disebutkan di atas, ada banyak anak-anak perempuan dan perempuan muda lainnya dalam keluarga dan rombongan Imam Husein yang mengalami penderitaan dan kesulitan akibat peristiwa di Karbala. Mereka harus menghadapi kenyataan kehilangan ayah, saudara, dan kerabat tercinta serta harus menghadapi peristiwa kekerasan yang mengerikan.

Sumber:

    Jafri, S. Husain M. (1981). “The Origins and Early Development of Shi’a Islam”. Oxford University Press. ISBN: 978-0197136037.
    Tabatabai, S. M. H. (1979). “Nihayat al-Hikmah: The Quranic Exegesis of Imam Ali ibn Ibrahim al-Qummi”. Islamic Seminary Incorporated. ISBN: 978-1881963007.
    Al-Majlisi, Allamah M. B. (2003). “Hayat al-Qulub: The Life of the Hearts”. Islamic Education Center. ISBN: 978-9642190585.
    Al-Mufid, Shaykh Muhammad ibn Muhammad (2001). “Al-Irshad: The Guidance”. Ansariyan Publications. ISBN: 978-9644381697.