Ketabahan dan Kemurahan Imam Musa Kazhim as.

Dalam literatur-literatur Syiah dan Sunni, terdapat banyak laporan sehubungan dengan ketabahan dan kemurahan Imam Kazhim as.

Syekh Mufid menilai bahwa Imam Kazhim merupakan orang yang paling dermawan yang membawakan bekal pada malam-malam hari kepada orang-orang fakir Madinah. Sehubungan dengan kedermawanan Imam Musa bin Ja’far menulis, “Ia pada malam hari keluar rumah dan membawa kantung-kantung dirham dan membagi-bagikan kantung itu kepada siapa saja yang dilalui atau kepada orang-orang yang berharap kebaikan darinya sedemikian sehingga kantung-kantung uangnya menjadi pepatah dan obrolan banyak orang.

Demikian juga disebutkan Musa bin Ja’far memaafkan orang-orang yang bersikap kurang ajar kepadanya dan tatkala ia mendengar ada orang yang berusaha untuk berlaku kurang ajar terhadapnya segera beliau mengirimkan hadiah kepadanya.

Selain itu, Syekh Mufid menyebutkan bahwa Imam Musa al-Kazhim as adalah orang yang paling kuat berusaha dalam menjalin hubungan silaturahmi dengan kerabat dan keluarganya. Alasan ia digelari dengan Kazhim adalah karena ia dapat mengontrol amarahnya. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa Imam Musa mampu mengendalikan amarahnya pada musuh-musuh dan orang-orang yang berlaku buruk kepadanya.

Di antaranya disebutkan bahwa seseorang dari keturunan Umar bin Khattab menghina Imam Ali bin Abi Thalib as di hadapan Imam Musa al-Kazhim. Orang-orang yang bersama Imam Musa ketika itu ingin menghajarnya namun Imam Musa menahan mereka dan kemudian pergi ke ladang orang itu. Tatkala melihat Imam Musa al-Kazhim, orang itu teriak supaya tidak dirusak hasil ladangnya. Imam Musa mendekatinya dan dengan wajah penuh senyum bertanya berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk sekali panen? Orang itu berkata, “100 dinar”, Lalu Imam Musa kembali bertanya, “Berapa banyak yang Anda akan panen dari hasil ladang itu? Orang itu menjawab bahwa ia tidak tahu. “Harapan Anda berapa banyak yang Anda bisa panen? “200 dinar.” Jawab orang itu. Imam Musa kemudian memberikan 300 dinar kepadanya dan berkata, “Ini 300 dinar untukmu dan hasil panenmu juga kamu simpan saja untukmu.” Kemudian Imam Musa pergi ke masjid. Orang itu segera menyusul ke masjid dan dengan melihat Imam Musa ia membacakan ayat ini,” اللَّه أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِ‌سَالَتَهُ؛ Basyr Hafi juga kemudian menjadi seorang guru sufi bertaubat atas pengaruh ucapan dan akhlaknya.