Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bagaimana Cinta Pengaruhi Perkembangan Anak

1 Pendapat 05.0 / 5

Tidak ada keraguan bahwa anak-anak membutuhkan makanan dan cinta untuk tumbuh. Mereka menerima makanan mereka dari susu yang mereka dapatkan ketika mereka disusui oleh ibu mereka. Ini adalah makanan sempurna yang telah Allah siapkan untuk pertumbuhan fisik mereka. Makanan untuk semangat mereka terdiri dari pelatihan dan perawatan yang mereka terima dari orangtua. Anak-anak butuh makanan dan cinta. Nabi saw bersabda,

Cintailah anak-anakmu, dan bersikap baik dan penuh belas kasihlah kepada mereka. Penuhi janji yang dibuat kepada mereka, karena anak-anak menganggap ayah mereka adalah orang yang memberikan rezeki mereka.”

Mencintai anak-anak dan memenuhi janji yang dibuat untuk mereka ditekankan di sini, sehingga mereka tidak belajar untuk melanggar janji. Ada banyak cara untuk mengekspresikan cinta Anda. Salah satu caranya adalah dengan mencium dan memeluk mereka ketika kecil.

Nabi Saw bersabda, “Ciumlah anak-anakmu. Kedudukanmu akan naik ke surga sebagai pahala bagi setiap ciuman. Masing-masing mengangkat kedudukan sebanyak lima ratus tahun.” (Makarim al-Akhlaq, hal. 219)

Imam Ali as berkata, “Mencium anak adalah rahmat. Mencium wanita adalah hasrat. Mencium orang tua adalah ibadah dan mencium saudara mukmin adalah agama.”

Ciuman dibatasi bagi orang lain. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Laki-laki tidak boleh mencium anak perempuan yang usianya di atas enam tahun, dan wanita tidak boleh mencium anak laki-laki yang usianya di atas tujuh tahun.”

Nabi saw mencintai cucu-cucunya dan sering mencium mereka. Pernah seorang pria bernama Aqra’ bin Haris hadir ketika Nabi saw mencium mereka. Orang itu berkata, “Aku memiliki sepuluh anak laki-laki, tetapi aku tidak pernah mencium salah satu dari mereka.” (Makarim al-Akhlaq, hal. 219-220)

Nabi saw kemudian bersabda, “Lantas mengapa Allah mengambil cinta dari hatimu?” (Tarikh Yaqubi, jil. 2, hal. 320)

Karena itu, kita menyadari bahwa Nabi saw menganggap tindakan orang itu tidak mencium anak-anaknya sebagai bentuk kurangnya kasih. Meskipun Islam menyarankan kita mengasihi anak-anak kita, Islam mengingatkan kita terhadap cinta yang berlebihan, dan efek samping yang mungkin terjadi.

Imam Baqir as mengatakan, “Ayah paling buruk adalah yang mencintai anak-anaknya secara berlebihan. Anak-anak paling buruk adalah yang kelalaian (dalam menunaikan kewajiban) mengantarkannya pada kedurhakaan.” (Syarah-e Ghurar wa Durar, jil. 4, hal. 173)

Cinta berlebihan terhadap anak-anak mungkin memanjakan mereka dengan membuat mereka sombong dan egois. Imam Ali as mengatakan, “Keadaan (psikologis) paling buruk adalah senang dengan diri sendiri.” (Makarim al-Akhlaq, hal. 219-220)

Risalah al-Huquq