Ia adalah Ali bin Husain as
Sebuah kafilah haji sedang menuju Mekah. Saat tiba di Madinah, setelah beristirahat beberapa hari, kafilah itu kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah. Di tengah perjalanan, seorang pria bergabung dengan kafilah itu. Pria itu memperhatikan salah seorang dari mereka yang tampaknya sosok saleh. Ia sangat menyibukkan diri melayani jamaah haji. Pria itu mengenalinya. Dengan sangat terkejut, ia bertanya kepada para jamaah, apakah mengenal pria yang melayani mereka?
Mereka menjawab, “Tidak, kami tidak mengenalnya. Ia bergabung dengan kami di Madinah. Ia lelaki saleh. Kami tidak memintanya menolong kami. Namun, ia seperti salah seorang dari kami–menolong kami.”
Lelaki itu berkata, “Jelas kalian tidak mengenalnya. Karena jika mengenalnya, kalian tidak akan pernah mengizinkan pria sepertinya melayani kalian.”
Mereka bertanya, “Siapakah pria itu?”
Pria itu menjawab, “Ia, Ali bin Husain, Zainal Abidin (cucunda Rasullah saw).”
Jamaah haji itu lantas berdiri dengan rasa malu dan memohon maaf kepada Imam Ali Zainal Abidin as. Kepada beliau, mereka berkata, “Mengapa engkau memperlakukan kami seperti ini? Kami mungkin telah melampaui batas karena tidak peduli, dan mungkin telah berbuat dosa besar karena tidak menghormati anda.”
Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Aku tidak sengaja bergabung dengan kelompok kalian. Karena itu, kalian tidak mengenalku. Ketika bergabung dengan suatu kelompok, yang orang-orang mengenalku, demi Nabi Muhammad saw, mereka akan berlaku sangat baik kepadaku. Mereka tidak mengizinkanku melayani mereka. Karena itu, aku ingin bergabung dengan suatu kelompok yang aku tidak dikenal sehingga mendapatkan kehormatan sebagai orang yang memberi pelayanan terbaik pada para sahabatku.” (Biharul Anwar, jil. 1, hal. 21)
Tim al-Huda, Cerita-Cerita Favorit