Kepergian Sang Mentari Penerang Alam Semesta(2)

Mencermati sejarah sebelum Islam menunjukkan kinerja masyarakat di era jahiliyah dalam membantai dan merampok, tenggelam dalam hawa nafsu, kekerasan, fanatisme dan penyembahan berhala hingga mengubur hidup-hidup anak perempuan serta mengikuti pemikiran khurafat. Imam Ali as ketika menyebut karakteristik Arab Baduwi mengatakan, “Masyarakat hidup dalam kebingungan dan tersesat. Fitnah, kebodohan dan kemunkaran, serta hawa nafsu telah menyesatkan mereka dari jalan kebenaran. Kebodohan membuat otak mereka kosong dan cemas serta bingung dan mereka terinfeksi olehnya.”

Di kondisi seperti ini, Rasulullah Saw bangkit memerangi kesesatan di kehidupan manusia. Ia sejak kecil menjahui penyembahan berhala dan tidak terinfeksi oleh keburukan serta perilaku menyimpang masyarakat saat itu. Di usia ke-40 tahun, Ia diangkat sebagai Utusan Tuhan (Nabi) dan risalah utamanya adalah menyeru kepada tauhid. Melalui akhlak mulianya, Ia menyebut tujuan dari pengangkatan dirinya adalah menyempurnakan keutamaan akhlak. Al-Quran terkait hal ini menyatakan, kamu memiliki akhlak mulia.

Rasul menyeru kepada iman, persaudaraan, keadilan dan kemanusiaan. Ia berbicara dengan orang lain sesuai dengan kapasitas dan akalnya. Ia sangat dikenal pemaaf tehradap siapa saja yang menzaliminya. Bahkan ketika penaklukan kota Mekah (Fathu Mekah), beliau menginstruksikan amnesti umum. Wahsyi, pembunuh Hamzah, paman Nabi dan Abu Sufyan, musuh utama Islam juga dimaafkan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau membuat kasih sayang dan persaudaraan menggantikan kekerasan dan pertumpahan darah antar kabilah.

Dengan kedatangan Nabi besar Islam, umat Islam berkembang di mana kemasyhuran budyaa dan akhlaknya menyebar ke berbagai penjuru dunia. Prestasi paling kecil dari Rasul adalah penyebaran budaya membaca, menulis dan menuntut ilmu di dunia Islam serta penyebaran ilmu ini ke Spanyol, Italia, Jerman, Inggris dan seluruh bangsa serta pemerintah Eropa dan kemudian seluruh dunia.

Melalui ajaran al-Quran, Rasulullah Saw telah membuka era ilmu pengetahuan, cahaya dan sains. Bahkan para ilmuwan mengakui bahwa budaya dan peradaban seribu tahun lalu di berbagai dunia sangat berhutang kepada tokoh-tokoh yang dididik di bawah ajaran Muhammad Saw.

Al-Quran menyebut sosok Rasulullah Saw sebagai “Cahaya Penerang” (Sirajan Munirah). Di ayat ke 46 Surah al-Ahzab disebutkan, “Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” Menurut ayat ini, keberadaan Rasulullah seperti mentari sumber kehidupan, gerakan dan pertumbuhan, mengusir kegelaman dan kezaliman serta membuat mata dan hati menuji dirinya. Oleh karena itu, Rasul mampu membawa umat manusia ke jalan terang dan penuh kebahagiaan serta meniti di jalan ini dan menemukan kesempurnaan dirinya.

Untuk saat ini, jalan tunggal untuk bebas dari jahiliyah dan kesombongan adalah kembali kepada apa yang dibawa Rasulullah Saw berdasarkan agama dan syariat Ilahi. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt dan untuk hidup dengan baik, mereka harus mengikuti metode yang diinginkan Tuhan dan apa yang disampaikan oleh para nabi-Nya sehingga mereka mampu meraih kemanusiaannya dan esensi kemanusiaannnya tidak hancur. Kami kembali mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Rasulullah Saw dan cucu tercintanya, Imam Hasan bin Ali as.