Imam Hassan Askari, Mutiara Ahlul Bait dari Samarra(1)
Imam Hasan Askari dilahirkan tahun 232 Hijriah di kota Suci Madinah, dan syahid di Samarra, pada 8 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah. Sepanjang hidupnya beliau giat membimbing umat dan menghidupkan serta menjaga ajaran suci Islam. Kehidupan Imam Hasan Askari tidak lebih dari 28 tahun, tapi di usia yang relatif singkat ini telah mempersembahkan mutiara berharga bagi umat Islam.
Manusia mulia ini mewariskan karya besar dan penting di bidang tafsir al-Quran, fiqih dan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Di tengah ketatnya pembatasan dan tingginya tekanan dinasti Abbasiyah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw, Imam Askari masih tetap menyampaikan ajaran Islam kepada umat Islam secara terorganisir untuk menyiapkan kondisi keghaiban Imam Mahdi setelah beliau.
Penguasa Abbasiyah menempuh berbagai cara untuk membatasi gerakan Imam Askari as, akan tetapi Allah swt berkehendak lain dan juru selamat akan lahir ke dunia di tengah keluarga Sang Imam. Setelah kelahiran Imam Mahdi as, ayah beliau mulai mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi kondisi sulit di masa-masa mendatang. Imam Askari as di berbagai kesempatan berbicara tentang keadaan di masa keghaiban juru selamat, dan peran berpengaruh Imam Mahdi as dalam memimpin masa depan dunia. Beliau menekankan bahwa putranya akan menciptakan keadilan dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia.
Di era kegelapan pemikiran dan penyimpangan akidah, Imam Askari bangkit menyampaikan hakikat agama secara jernih kepada masyarakat. Beliau mengobati dahaga para pencari ilmu dan makrifat dengan pancaran mata air kebenaran. Argumentasi yang disampaikan Imam Askari as dalam berbagai forum ilmiah diakui oleh para pemikir di zamannya, bahkan menjadi panduan bagi mereka.Bahkan salah satu menteri dinasti Abbasiyah bernama Ahmad bin Khaqan, mengakui keutamaan akhlak dan keluruhan ilmu Imam Hasan Askari . Dia berkata, "Di Samarra, aku tidak melihat sosok seperti Hasan bin Ali. Dalam hal martabat, kesucian, dan kebesaran jiwa, aku tidak menemukan tandingannya. Meski ia seorang pemuda, Bani Hasyim lebih mengutamakannya dari kelompok tua di tengah mereka. Ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi, yang dipuji oleh sahabat dan disegani musuhnya."
Semua kehormatan dan kemuliaan itu karena ketaatan Imam Askari as kepada Allah Swt dan kebersamaan beliau dengan kebenaran. Beliau berkata, "Tidak ada orang mulia yang menjauhi kebenaran kecuali dia akan terhina, dan tidak ada orang hina yang menerima kebenaran kecuali dia akan mulia dan terhormat."
Kedekatan dengan Tuhan dan sifat tawakkal merupakan keutamaan Ahlul Bait Nabi as dalam memikul beban penderitaan dan membuat mereka berkomitmen dalam memperjuangkan kebenaran. Manusia-manusia yang bertakwa dan taat, telah terbebas dari ikatan dan belenggu-belenggu hawa nafsu dan godaan duniawi. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan akhlak.Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya adalah pribadi-pribadi sempurna yang menduduki puncak keluhuran akhlak. Mereka dengan ketaatan penuh di hadapan kekuasaan Tuhan, mencapai derajat spiritual yang tinggi konsisten dalam melawan kemusyrikan dan kekufuran serta membimbing masyarakat menuju jalan kebenaran. Dalam sirah Imam Askari disebutkan bahwa beliau saat berada di penjara, menghabiskan seluruh waktunya dengan ibadah dan munajat kepada Tuhan. Pemandangan ini bahkan telah menyihir para sipir yang ditugaskan untuk mengawasi dan menyiksa beliau.
Bersambung ...