Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah Pernikahan Rasulullah Saw dengan Sayidah Khadijah (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Khadijah, siang dan malam, hatinya tertawan oleh Muhammad al-Amin. Dia selalu mencari kesempatan untuk mendekatinya. Cintanya pada Muhammad membara seperti api. Di siang hari gelisah, di malam hari dia bermimpi untuk bersatu dengannya. Suatu malam, dalam mimpinya, Khadijah melihat matahari berputar di atas Makkah, lalu turun ke rumahnya. Dia menceritakan mimpi ini kepada Waraqah bin Naufal, yang meramalkan bahwa dia akan menikahi seorang yang akan mendominasi dunia.

Abu Thalib, seorang tokoh terkemuka di Quraisy, prihatin dengan keponakannya, Muhammad Saw. Dia menyarankan agar Muhammad bekerja dengan Khadijah, seorang pedagang kaya. Meskipun Muhammad merasa malu, dia menolak usulan tersebut dengan alasan bahwa Khadijah sendiri mungkin akan menghubunginya.

Khadijah mengenal kejujuran Muhammad dan mengutus seseorang untuk memanggilnya. Mereka bersepakat untuk perjalanan dagang ke Syam, di mana Muhammad memimpin dengan baik, dan mereka sukses dalam bisnis.

Setelah pulang, Muhammad menceritakan pengalamannya kepada Khadijah, yang memberinya hadiah dan upah sesuai kontrak. Semua yang diterimanya dia serahkan kepada pamannya, Abu Thalib. Khadijah semakin terpesona oleh kisah-kisah indah dan karakter Muhammad, dan cintanya kepada Muhammad semakin berkobar. Muhammad adalah pemuda teladan yang dihormati oleh keluarga-keluarga terkemuka di Makkah, dengan Abu Thalib sebagai pelindungnya.

Kecintaan Khadijah kepada Muhammad al-Amin adalah cinta pada kejujuran dan spiritualitas, yang selalu dia curahkan dalam ibadahnya di gua Hira selama empat puluh tahun. Khadijah, seorang wanita terhormat di Makkah, tidak memiliki cinta palsu. Cintanya adalah cinta suci yang mempengaruhi seluruh hidupnya.

Khadijah menceritakan semua yang diketahuinya tentang Muhammad al-Amin kepada Waraqah bin Naufal, yang membenarkannya. Hal ini semakin menguatkan keyakinan Khadijah pada Muhammad. Khadijah menolak tawaran pernikahan dari para pemimpin Arab yang datang meminangnya seperti ‘Uqbah bin Mu’ith, Abu Jahal, dan Abu Sufyan. Ia bahkan berkata kepada Muhammad bahwa dia ingin menikah dengannya.

Muhammad menjawab bahwa dia akan membicarakan hal ini dengan pamannya. Seorang sahabat Khadijah, Nafisah binti Aliyah, juga menyampaikan pesan kepada Muhammad, mengusulkan pernikahan dengan Khadijah. Akhirnya, Khadijah dan Muhammad setuju untuk menikah, dan mereka merencanakan pernikahan mereka.

Khadijah sangat mencintai Muhammad, dan dia merasa beruntung bisa menjadi cinta pertamanya. Dia berharap bahwa takdirnya tidak menyakitkan hati orang lain yang mencintai Muhammad. Mimpinya tentang Muhammad hampir menjadi kenyataan, dan dia merasa terpancarkan oleh cinta yang mendalam untuknya.

Bersambung ....