Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pengaruh Rasulullah Saw dalam Sejarah yang Tak Terbantahkan (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Sejarah tidak dapat dianggap sebagai serangkaian kejadian tanpa peran individu. Muhammad memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah. Fakta menunjukkan bahwa agama, sekte, atau kultus modern sering kali berasal dari satu tokoh utama. Jadi, bagaimana mungkin sebuah peristiwa besar bisa melupakan tokoh kunci?

Meskipun Muhammad mengklaim dirinya sebagai orang biasa yang hanya memberi peringatan dan tidak melakukan mukjizat selain membawa Al-Quran, namanya diikuti oleh jutaan orang, kata-kata dan tindakannya ditiru, Al-Quran yang dia bawa menjadi bacaan yang sangat populer, dan tempat ibadah seperti surau dan masjid terus dibangun untuk lebih dari satu milyar pengikutnya. Dari sini, orang-orang memanggil Tuhan Esa dan menyebut nama Muhammad dengan lantang, bahkan setelah lima belas abad sejak ia dimakamkan. Ini mungkin merupakan keajaiban terbesar dalam dunia modern saat ini, yang berasal dari seseorang yang mengaku tidak mampu melakukan keajaiban. Muhammad telah mencatat namanya dalam sejarah.

Kemudian, Revolusi Iran meletus seperti letupan dari dalam bumi dan terus berkobar. Ini mengguncang dunia seperti menumpahkan bensin ke api ideologi yang tidak pernah padam. Di banyak negara Islam, para mujahidin tidak pernah lelah bertempur sambil membela Islam. Kaum Muslim di seluruh dunia terbagi: ada yang duduk di pagar sambil menonton, ada yang turun dan ikut bertempur. Musuh menjadi takut dan mengumpulkan barisan, sementara yang lain membencinya. Namun, semuanya heran: kekuatan seperti ini belum pernah ada sebelumnya, melebihi dugaan, di luar batas akal sehat.

Tidak ada gambaran yang bisa menandingi lukisan umat Islam tentang Muhammad dalam sejarah manusia. Ia adalah sumber harapan, bukti terbesar campur tangan Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Dengan keberanian, ketakwaan, dan semangat yang tak terbendung, ia tampil sebagai pembawa berita baik dan pemberi penjelasan: bahwa manusia dapat tersesat, sakit, atau bahkan mati karena kurang pengetahuan.

Ajarannya dimulai dari diagnosis Al-Quran atas akar dari segala konflik umat manusia: benar dan salah, baik dan buruk, kehancuran atau kebangkitan. Ia memberikan resep yang diperlukan: kebenaran, hidayah, dan jalan untuk ke sana. Sejak awal, jalan itu telah direntangkan. Para pengikutnya paling awal adalah saksi hidup atas kebenaran ajarannya. Mereka yang rela dicaci dan dibunuh hanya karena bertekad melintasi jalan petunjuk Allah ini. Hidayah Al-Quran ini mengisi dada penganutnya dengan api iman yang membakar orang sekitar. Bagai setanggi yang tersentuh api, lalu menyebar harum dalam kamar, banyak pengikutnya muncul dari sudut gurun yang tak dikenal dan naik ke panggung tokoh dunia: menjadi ilmuwan, imam, khalifah, atau kaisar yang membangun peradaban dengan kecepatan menakjubkan. Dan Muhammad mengklaim ajaran ini untuk semua orang dan semua waktu.

Lama-kelamaan, gambaran tentang Muhammad menjadi legenda. Kisah hidupnya penuh dengan cerita ajaib, mulai dari saat menjelang kelahiran, dalam kandungan, masa kanak, dewasa, dalam tiap kata dan tindakan, sampai wafatnya. Orang seolah tidak ingin percaya bahwa bukti kemegahannya hanya berasal dari seorang Nabi yang memberikan peringatan. Dari satu segi, semua legenda ini barangkali adalah persembahan rasa kagum untuk prestasi yang begitu gemilang. Orang besar memang selalu dikejar oleh legenda. Makin besar dan makin lama waktu berlalu, makin tebal dan kuat legenda itu melekat.

Legenda memang ruh waktu, jiwa, dan aspirasi zaman yang mengikat semua fakta. Sejarah mungkin hanya menghadirkan tulang-belulang fakta yang kering, dan legenda menjanjikan daging yang empuk. Untuk seorang nabi, sedikit bumbu keajaiban ekstra pada kisah hidupnya jelas akan menambah kebesarannya, karena kisah nabi selalu penuh dengan keajaiban. Ia juga cenderung membesar dan kini, setelah empat belas abad, makin sulit membedakan mana yang fakta dan mana yang legenda. Ketika kisah-kisah ini menjadi suci, hanya sedikit penganut yang berani menunjukkan tanda tanya besar yang bersembunyi di dalam pikirannya. Cerita itu sudah menjadi suci. Kebesaran nabi sebagai manusia mulai luntur, dan ukuran kebesaran beralih pada keajaiban dan legenda. Sering kali, pusat kebesaran bergeser pada pribadinya, bukan lagi pada kitab suci yang dibawanya.

Bersambung ...