Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tepis Bid’ah, Sahabat Nabi Ajarkan Tata Cara Tawassul

1 Pendapat 05.0 / 5

Artikel ini melanjutkan pembahasan sebelumnya untuk menyajikan bukti keabsahan praktik tawassul, dengan mengambil berbagai hadis dan atau riwayat dari sumber-sumber muktabar serta terpercaya.

Berikut ini riwayat yang berasal dari seorang sahabat Nabi pada zaman khalifah Utsman. Riwayat ini, yang tertuang dalam kitab dari Imam ath-Thabrani, memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana seorang sahabat mengajarkan orang lain cara bertawassul kepada Nabi Muhammad Saw.

Riwayat yang menjadi fokus artikel ini berasal dari kitab Al-Mu’jam as-Saghir, karya ulama besar Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Lakhmiy ath-Thabrani, yang lebih dikenal sebagai Imam ath-Thabrani. Imam ath-Thabrani adalah seorang imam dan ulama hadits terkemuka yang diakui oleh umat Islam. Kredibilitasnya sebagai pemuka ahli hadits menambah bobot keabsahan riwayat ini.

Kisah ini terjadi pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan. Pada masa itu, seorang sahabat Nabi Bernama Utsman bin Hunaif memainkan peran penting dalam mengajarkan orang lain yang memiliki hajat dan kebutuhan tentang cara bertawassul kepada Nabi Muhammad.

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي حَاجَتِهِ وَكَانَ عُثْمَانُ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ وَلا يَنْظُرُ فِي حَاجَتِهِ فَلَقِيَ ابْنَ حُنَيْفٍ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فَيَقْضِي لِي حَاجَتِي وَتُذْكُرُ حَاجَتَكَ حَتَّى أَرْوَحَ مَعَكَ فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ فَصَنَعَ مَا قَالَ لَهُ …

Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif (perawi hadis yang menyaksikan orang buta bertawassul kepada Rasulullah) bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun khalifah Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya. Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu’ kemudian masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabulkan... Sebutlah apa kebutuhanmu. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin Hunaif..(1)

Riwayat ini menjadi bukti konkret yang memperkuat praktik tawassul yang diimani oleh kaum muslimin. Melalui kisah seorang sahabat Nabi Muhammad ini, kita memahami bahwa praktik tawassul bukanlah bid’ah, tetapi bagian dari tradisi Islam yang diwariskan. Di sisi lain, anggapan bid’ah, terutama dari kelompok yang tidak meyakini praktik tawassul seperti wahabi, dapat ditolak dengan kejelasan riwayat ini.

1. Al-Mu’jam as-Saghir, Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Lakhmiy ath-Thabrani, Jil 1, Hal. 183, Cet. Dar al-Kutub al-Alamiah – Beirut