Riwayat-riwayat Aisyah, Abu Bakar Meminta Syafa’at ke Rasulullah yang Sudah Wafat

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang pentingnya syafaat kepada Rasulullah. Pada kali ini, kita akan mengeksplor bukti-bukti sejarah lainnya yang mencatat momen-momen di mana para sahabat, terutama Abu Bakar, meminta syafaat kepada Rasulullah yang telah wafat.

Salah satu sumber utama yang menyajikan kisah-kisah tersebut adalah kitab Tamhid al-Awa’il wa Talkhis al-Dala’il karya Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja’bar ibn al-Qasim al-Baqillani, yang lebih dikenal dengan Al-Baqillani atau Ibnu al-Baqillani, yang wafat pada tahun 403 H. Kitab ini menjadi salah satu rujukan utama untuk mendalilkan tindakan meminta syafaat kepada Rasulullah.

Dalam Tamhid al-Awa’il wa Talkhis al-Dala’il, kita menemukan bahwa momen kepergian Rasulullah merupakan saat yang penuh kepedihan bagi para sahabat, terutama Abu Bakar. Kitab ini merinci bagaimana keluarga, sahabat, dan masyarakat sekitar berkumpul di rumah Rasulullah saat-saat wafatnya.

Selain itu, ada pula kitab Subulul Huda war-Rasyad karya Muhammad Bin Yusuf Shalilihi As-Syami, kitab Durarus Saniyah Fir Raddi Alal Wahabiyyah karya Ahmad Zaini Dahlan, dan kitab Mukhalifat al Wahabiyah Li al Quran Wa al Sunnah karya Umar Abdussalam yang semua itu memberikan gambaran dan kisah sama -walau di sebagian kitab memiliki beberapa diksi yang berbeda- mengenai momen tersebut.

قالت عائشةوغيرها من أصحابه إن الناس أفحموا ودهشوا حيث ارتفعت الرنة… حتي جاء الخبر أبا بكر … حتي دخل علي رسول الله صلي الله عليه وسلم فأكب عليه وكشف عن وجهه ومسحه وقبل جبينه وخديه وجعل يبكي ويقول بأبي أنت وأمي ونفسي وأهلي طبت حيا وميتا …. اذكرنا يا محمد عند ربك

Berkata Aisyah dan para sahabat Rasulullah (saat wafatnya Rasulullah): Orang-orang kaget dan ketakutan, terdengar suara ratapan… Berita itu sampai ke Abu Bakar… Abu Bakar mendatangi Nabi Saw dan keluarganya lalu mendekapkan dirinya ke atas tubuh suci Nabi dan melepaskan kain dari wajahnya, meletakkan tangannya di wajah, dahi, dan pipinya seraya sambil menangis, dia berucap: demi ayah dan ibuku, nyawaku dan keluargaku! hidup serta matimu selalu dalam kebaikan dan kesucian… Wahai Muhammad, ingatlah kami di sisi Tuhanmu…(1)

Dalam kutipan-kutipan dari kitab-kitab tersebut, dijelaskan bahwa Abu Bakar merasakan kedukaan mendalam atas kepergian Rasulullah. Di tengah kesedihannya, Abu Bakar tetap bersaksi atas kesucian dan kebaikan Rasulullah. Lebih dari itu, Abu Bakar meminta Rasulullah untuk mengingat dirinya di sisi Allah Swt.

Tindakan Abu Bakar ini dapat diartikan sebagai permohonan syafaat, di mana dia memohon agar namanya tetap diingat dan diberkahi oleh Tuhan. Ini bukan sekadar ungkapan kesedihan, tetapi juga sebuah upaya untuk mencapai keagungan dengan memiliki namanya diingat di sisi Tuhan.

Dari sajian bukti-bukti ini, dapat disimpulkan bahwa tindakan meminta syafaat kepada Rasulullah, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar, adalah sah dan sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada sangkalan dari para sahabat yang lain terhadap perbuatan ini, sehingga menjadi landasan bagi umat Muslim untuk melakukan praktik bertawasul dan meminta syafaat kepada Rasulullah, meskipun beliau telah berpulang ke alam lain.

1. Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja’bar ibn al-Qasim al-Baqillani, Tamhid al-Awa’il wa Talkhis al-Dala’il, hal. 488, cet. Muasasah al-Kutub al-Tsaqafiyah – Beirut

    Muhammad Bin Yusuf Shalilihi As-Syami, Subulul Huda war-Rasyad, jil. 12, hal. 299, cet. Dar al-Kutub al-Alamiah – Beirut

    Ahmad Zaini Dahlan, Durarus Saniyah Fir Raddi Alal Wahabiyyah, Hal. 36 Cet. Mesir

    Umar Abdussalam, Mukhalifat al Wahabiyah Li al Quran Wa al Sunnah, hal. 33, cet. Dar as-Siddiq al-Akbar – Beirut