Imam Ali Zainal Abidin dan Hajar Aswad

Abdul  Malik  meninggal dunia setelah  menyerahkan  tahta kekhalifahannya  kepada  Hisyam.  Pada  suatu  hari, Hisyam  menunaikan  ibadah  haji  dan  tawaf  di  sekitar Kabah.  Di  sana  ia  bermaksud   mencium  Hajar Aswad,  namun  tidak  berhasil  karena  banyaknya  para jamaah haji yang bersesakan.

Kemudian,  Hisyam  duduk  beristirahat  sambil menunggu  kesempatan,  sementara  warga  Syam berkerumun  di  sekitarnya.  Tiba-tiba  datanglah  Imam Ali Zainal Abidin as menebarkan bau harum semerbak, lalu tawaf di sekeliling Kabah.

Tatkala  Imam  Ali Zainal Abidin as  sampai  di hadapan  Hajar  Aswad, orang-orang  berhenti  dengan  penuh  hormat  dan membukakan jalan untuk beliau, sehingga beliau dapat dengan  mudah  mencium  batu  hitam  itu.   Selekas  itu, orang-orang kembali melanjutkan tawaf mereka.

Warga Syam yang tidak mengenal Imam Ali Zainal Abidin, ketika menyaksikan  peristiwa  tersebut,   bertanya-tanya  kepada  Hisyam  tentang  siapa  gerangan  laki-laki tersebut.  Dengan  berlagak  bodoh  bercampur  rasa kesal, ia menjawab, “Aku tidak mengenalnya.”

Farazdaq,  penyair  yang  berada  di  tengah  mereka, tak  lagi  kuasa  menahan  rasa  hormatnya.  Spontan  ia melantunkan bait-bait syair yang begitu indah, sebagai jawaban  atas  ketidaktahuan  orang-orang  Syam tersebut.

Imam  Ali  Zainal  Abidin as  mengirimkan  hadiah kepada Farazdaq sebagai penghargaan atas sikap yang ditunjukkannya  dalam  bait-bait  itu.  Ia  pun  menerima hadiah tersebut dengan berharap mendapatkan berkah darinya.