Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah Hidup Sayidah Zainab yang Tidak Pernah Padam(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Tanggal 5 Jumadil Awal 5 Hijriah, sebuah episode gemilang terukir dalam sejarah Islam. Kehadiran Sayidah Zainab as, lahir di kota Madinah, menjadi puncak kebahagiaan dalam rumah tangga Imam Ali bin Abi Thalib as. dan Sayidah Fatimah az-Zahra as. Hari itu, tak kurang dari 14 abad yang lalu, saksi kebahagiaan luar biasa menyinari langit-langit rumah suci, mengisyaratkan kelahiran seorang putri yang kelak akan menjadi panutan keberanian dan kehormatan.

Ketika Zainab as. pertama kali menghirup udara dunia, Nabi Muhammad Saw sedang dalam perjalanan. Sayidah Fatimah az-Zahra, dalam kerendahan hatinya, memohon kepada Imam Ali as untuk memberi nama putri baru mereka. Namun, Imam Ali as dengan bijak memilih menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw, ingin memberikan penghormatan yang sepenuhnya layak untuk seorang cucu Rasulullah.

Saat Rasulullah Saw tiba di Madinah, kebahagiaan menggema di seluruh penjuru kota. Kabar kelahiran Zainab as. disambut dengan sukacita, dan Rasulullah dengan penuh kebahagiaan mengumumkan, “Allah Swt memerintahkan agar nama anak perempuan ini diberi nama Zainab, yang artinya hiasan ayahnya.” Rasulullah menggendong dan mencium Zainab, sambil mewasiatkan kepada semua, “Hormatilah anak perempuan ini, karena ia bagaikan Sayidah Khadijah as.”

Sejarah kemudian mengukir jalan keberanian Sayidah Zainab yang tak kalah dengan Sayidah Khadijah. Ia menanggung penderitaan dan kesulitan untuk memperjuangkan Islam. Dengan kesabaran dan pengorbanannya, ia membentuk fondasi untuk pertumbuhan agama Ilahi yang suci.

Sayidah Zainab as. menjadi lambang keberanian dan ketegaran dalam membela kebenaran. Peran luar biasanya dalam tragedi Asyura menciptakan bekas yang tak terhapus dalam sejarah Islam dan kemanusiaan. Di tengah puncak derita dan ujian berat, Sayidah Zainab tetap kokoh, dan rahasia ketegarannya terletak pada keimanan yang dalam kepada Allah Swt.

Kelahiran Zainab as. di tengah keluarga suci memberikannya keberuntungan luar biasa. Pendidikan suci yang ia terima dari Rasulullah Saw, Imam Ali, dan Sayidah Fatimah az-Zahra menciptakan pribadi yang penuh keberanian dan ketegaran. Bahkan pada usia empat tahun, Sayidah Zainab menyaksikan pengorbanan keluarganya untuk memberi makan yang lapar, menciptakan fondasi kepedulian sosial yang kuat.

Sayidah Zainab menjadi murid ayahnya, Imam Ali, dan melihat secara langsung perilaku mulia yang menjadi teladan. Keyakinannya pada kebesaran Allah Swt menjadikannya pribadi yang melihat segala sesuatu selain Allah sebagai sesuatu yang kecil dan tidak bernilai.

Bersambung...