Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dakwah dan Pendidikan Umat Dari Fathimah az-Zahra

1 Pendapat 05.0 / 5

Apakah Fathimah az-Zahra hanya duduk manis di rumah fokus mengurus masalah rumah tangga? Tentu jawabannya tidak. Perempuan sebagaimana laki-laki memiliki tanggung jawab yang sama terhadap Islam dan masyarakat. Karena tanggungjawabnya di samping sebagai pribadi di hadapan Allah, sebagai ibu dan istri dalam keluarga, perempuan pun memiliki tanggungjawab di masyarakat. Fathimah az-Zahra as tidak mengajarkan sikap apriori atas fenomena di masyarakat dan dunia Islam. Karena kehidupan masyarakat pun akan berpengaruh pada kepribadian manusia, termasuk anak dan generasi Islam. karena itu, kita pun beranggungjawab untuk membangun karakter sebuah masyarakat, berkarakter baik dan Islami.

Fathimah az-Zahra as dengan perannya sebagai ibu dan istri, beliau pun aktif terjun di masyarakat dalam bidang dakwah dan pendidikan umat. Beliau menjawab berbagai pertanyaan tentang hukum Islam para wanita Kota Madinah yang datang merujuk kepada beliau. Suatu hari, seorang perempuan datang menghadap Sayidah Fathimah as untuk menanyakan berbagai hukum.

“Wahai putri Rasul, aku memiliki seorang ibu yang sudah tua, ia mempunyai banyak pertanyaan tentang shalat, karena itu ia mengirimku untuk menanyakannya kepadamu,” ucap perempuan tersebut.

“Bertanyalah,” jawab Sayidah Fathimah as. Kemudian perempuan itu menanyakan berbagai hukum dan permasalahan sampai ia sendiri malu sendiri untuk bertanya lagi karena banyaknya pertanyaan yang dilontarkan.

“Wahai putri Rasul, mohon maaf karena banyak bertanya yang telah membuat engkau repot.” Ucapnya.

Sayidah Fathimah as berkata, “Silahkan bertanya lagi jika engkau masih memiliki pertanyaan-pertanyaan lagi. Apakah akan terasa berat oleh seseorang yang disuruh mengangkat beban untuk di bawa ke atap rumah dengan imbalan seribu Dinar emas?”

“Tidak,” jawabnya.

“Aku mendapatkan pahala dari menjawab tiap pertanyaan yang engkau lontarkan itu melebihi jarak antara bumi dan arsy dari perhiasan dan mutiara-mutiara, karena itu pantaskah aku harus merasa terbebani untuk menjawab semua pertanyaan ini?”

Beliau juga mendidik dan mengkader perawi hadis, Asma menjadi seorang ulama dan Fidhah Hindi menjadi penghafal dan menguasai Al-Quran, pelayan beliau yang sejak wafat Fathimah az-Zahra as tidak pernah berbicara kecuali dengan Al-Quran. Karena ia senantiasa melihat majikannya melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran meskipun sedang bekerja.