Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sayyidah Fathimah as dan Tolok Ukur Kebenaran Ajaran Rasulullah Saw

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebab diturunkan surat Ali-Imran ayat 61 ialah peristiwa Mubahalah. Para pendeta Nasrani Najran menantang Rasulullah Saw untuk bermubahalah, “Siapakah yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah, “Mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kalian…kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Alloh ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”

Mubahalah ialah prosesi saling melaknat dua kelompok yang ingin membuktikan kebenaran ajaran, atau pengakuan masing-masing, dan kelompok yang salah akan binasa.

Ayat menggunakan kata ‘nisaa’ , bentuk jamak/plural yang artinya ialah para wanita. Dalam kaidah Bahasa Arab, untuk bentuk jamak/plural minimal ialah tiga orang. Namun, Rasulullah Saw kala itu hanya mengajak Sayyidah Fathimah as dari kalangan wanita. Padahal, ada para istri Rasulullah Saw dan wanita mukminah lainnya, namun tidak seorang pun dari mereka diajak.

Ini dikarenakan peristiwa Mubahalah merupakan peristiwa penentuan antara benar dan tidaknya ajaran Islam. Para pendeta Najran telah mempertanyakan kebenaran kenabian Rasulullah Saw. Karena itu, sosok yang diajak pun harus seseorang yang punya peran penting dalam ajaran Rasulullah saw. Sosok yang maksum dan sosok yang merupakan manifestasi ajaran Islam secara utuh, itulah Sayyidah Fathimah as.

Para pendeta Najran mengurungkan niatnya saat melihat sosok-sosok yang diajak Rasulullah Saw yang di antaranya ialah Sayyidah Fathimah as. Kemudian mereka mengumumkan kepada kaumnya,

“Sesungguhnya aku melihat wajah-wajah yang bila mereka memohon kepada Alloh untuk mengangkat gunung dari tempatnya dan menghancurkannya, niscaya Alloh akan mengabulkan. Janganlah kalian bermubahalah dengan mereka, karena kalian akan binasa. Dan, jika itu terjadi, niscaya tidak akan tersisa seorang pun di muka bumi ini dari orang Nashrani.”

Zamakhsyari dalam tafsirnya menyatakan bahwa tidak ada lagi dalil dan argumen yang lebih kuat dan lebih penting dari ayat Mubahalah yang menunjukkan keutamaan dan keagungan ‘Ashabul Kisa‘ yaitu, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Dalam tafsir Durrul Al-Mantsur Suyuthi terkait ayat Mubahalah disebutkan dalam salah satu riwayat bahwa saat itu Rasulullah saw datang dengan menuntun Hasan dan Husein di sebelah kanan dan kiri, di belakangnya Sayyidah Fathimah dan kemudian Imam Ali as di belakang Sayyidah Fathimah sa. Posisi Sayyidah Fathimah as antara Rasulullah saw dan Imam Ali as adalah menunjukkan posisinya sebagai penghubung Risalah dan Imamah.