Sayidah Fathimah as; Mendidik & Menyadarkan Umat(2)
Sayidah Fathimah az-Zahra as dengan perannya sebagai ibu dan istri, beliau pun aktif terjun di masyarakat dalam bidang dakwah dan pendidikan umat. Beliau menjawab berbagai pertanyaan tentang hukum Islam para wanita Kota Madinah yang datang merujuk kepada beliau. Suatu hari, seorang perempuan datang menghadap Sayidah Fathimah as untuk menanyakan berbagai hukum.
“Wahai putri Rasul, aku memiliki seorang ibu yang sudah tua, ia mempunyai banyak pertanyaan tentang shalat, karena itu ia mengirimku untuk menanyakannya kepadamu,” ucap perempuan tersebut.
“Bertanyalah,” jawab Sayidah Fathimah as. Kemudian perempuan itu menanyakan berbagai hukum dan permasalahan sampai ia sendiri malu sendiri untuk bertanya lagi karena banyaknya pertanyaan yang dilontarkan.
“Wahai putri Rasul, mohon maaf karena banyak bertanya yang telah membuat engkau repot.” Ucapnya.
Sayidah Fathimah as berkata, “Silahkan bertanya lagi jika engkau masih memiliki pertanyaan-pertanyaan. Apakah akan terasa berat oleh seseorang yang disuruh mengangkat beban untuk dibawa ke atap rumah dengan imbalan seribu Dinar emas?”
“Tidak,” jawabnya.
“Aku mendapatkan pahala dari menjawab tiap pertanyaan yang engkau lontarkan itu melebihi jarak antara bumi dan arsy dari perhiasan dan mutiara-mutiara, karena itu pantaskah aku harus merasa terbebani untuk menjawab semua pertanyaan ini?”[1]
Sayidah Fathimah as untuk perannya dalam dakwah dan pendidikan umat tidak harus berangkat ke Lembaga Pendidikan agar berilmu, tentunya berbeda dengan kita yang harus belajar dan melewati berbagai jenjang pendidikan agar memiliki bekal ilmu dan keterampilan dalam membangun masyarakat dan mendidik umat. Sayidah Fathimah as juga mengajarkan bagaimana dengan usia yang sangat singkat (pendapat masyhur wafat usia 18 tahun) memiliki usia yang berkah, melakukan berbagai aktivitas dalam keluarga dan umat, serta mencapai level kesempurnaan yang luar biasa.
Beliau juga mendidik dan mengkader perawi hadis, Asma menjadi seorang ulama dan Fidhah Hindi menjadi penghafal dan menguasai Al-Quran, pelayan beliau yang sejak wafat Sayidah Fathimah az-Zahra as tidak pernah berbicara kecuali dengan Al-Quran. Karena ia senantiasa melihat majikannya melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran meskipun sedang bekerja.
Sayidah Fathimah as bukan sekedar berperan dalam pendidikan umat, namun juga berjuang dalam menyadarkan umat dari penyimpangan dan penyelewengan. Di antara gerakkan yang telah dilakukan oleh Sayidah Fathimah as dalam rangka menyadarkan umat adalah mendatangi dan mengetuk rumah Muhajirin dan Anshar selama empat puluh hari dengan membawa Imam Hasan dan Imam Husain yang masih kecil, dan berpidato sebanyak tiga kali; pada saat para sahabat mendatangi rumahnya untuk mengambil baiat Imam Ali as, di Masjid Nabawi di hadapan Muhajirin dan Anshar, dan pada saat kondisi telah sakit di hadapan perempuan Muhajirin dan Anshar. Kenapa melakukan itu? Karena Sayidah Fathimah as telah melihat umat Islam menyimpang dan menyelewengkan perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw. Sayidah Fathimah as tanpa kenal lelah menjalankan tugas penting itu sampai titik darah penghabisan, meskipun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
Dan sekarang pun dengan meneladani Sayidah Fathimah as, kita memiliki tugas yang sama jika menyaksikan penyimpangan dan penyelewengan di masyarakat, baik masyarakat offline maupun online, maka kita hendak berusaha untuk menyadarkannya dengan beragam cara. Wallahualam
[1] Biharul Anwar, jil 2, hal 3