Imam Baqir: Siapa Yang Taat Kepada Allah Adalah Teman (1)
Seorang pria tua setiap hari duduk di masjid Madinah. Ia menggunakan sorban berwarna hitam. Pandangannya mengarah pada kerumunan. Tiba-tiba dengan suara nyaring ia berkata, "Wahai Baqir al-Ulum!" Orang-orang memandangnya dengan takjub.
Pria tua itu adalah Jabir bin Abdullah Al-Anshari, sahabat Nabi Muhammad Saw. Seorang pria bijak dan ilmuan yang banyak meriwayatkan hadis Nabi Saw dan menulis banyak hadis di lembaran-lembaran. Ketika Jabir melihat orang-orang takjub, ia menoleh kepada mereka dan berkata, "Saya mendengar dari Nabi Allah Saw bahwa beliau bersabda, 'Wahai Jabir! Engkau akan tetap hidup hingga menjumpai anak saya dari keturunan Husein as. Mereka menamakannya Muhammad bin Ali dan ia pembelah dan pengungkap terbaik ilmu agama (Baqir Al-Ulum). Engkau akan bertemu dengannya. Kalau engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku kepadanya.' Sekarang saya menanti saat ini dengan tidak sabar."
Penantian Jabir berakhir. Ia mengenali Baqir Al-Ulum dari aroma wangi imamah, kondisi malakuti dan kehangatan wujudnya. Beliau masih kanak-kanak yang kemudian berjalan di depannya. Jabir memperhatikan anggota tubuhnya dan gaya jalannya seraya berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan Ka'bah!" Beliau adalah representasi lengkap dari Nabi Saw. Setelah itu, ia bertanya kepada Imam Sajjad as, "Siapa anak ini?"
Imam Sajjad as menjawab, "Imam setelah aku; anakku Muhammad Baqir."
Mendengar nama suci itu, seperti orang yang tali jantungnya robek, Jabir segera bangkit lalu mencium kaki Imam Baqir dan berkata, "Aku sebagai tebusanmu wahai putra Nabi Saw. Terimalah salam dari kakekmu Muhammad Saw yang mengucapkan salam kepadamu."
Mendengar itu, mata Imam Baqir dipenuhi dengan air mata sambil berkata, "Salam dan kedamaian untuk kakekku Muhammad Saw yang membuat langit dan bumi tetap ada. Dan kepadamu wahai Jabir! Orang yang menyampaikan salamnya kepadaku."
Pada hari kelahiran Imam Muhammad Baqir as dan tibanya bulan Rajab, terimalah ucapan selamat kami yang tulus kepada Anda.
Bulan Rajab menawarkan babak baru dalam buku kehidupan manusia yang penuh dengan aroma munajat. Rajab, bulan tauhid dan berbicara kepada Allah Swt. Bagi mereka yang ahli munajat, bulan ini telah dinanti sejak setahun lalu, untuk menyendiri bersama Allah Swt di malam-malamnya lalu menyampaikan rahasia hati kepada-Nya. Betapa indah kondisi para pencari kebenaran, di mana mereka mampu mencerabut hati dari segala kebergantungan dan seluruh keinginannya diarahkan kepada Sang Pemilik Hati.
Pada bulan ini mereka memanggil, "Aku telah memotong perhatianku dari segala sesuatu dan hanya bergabung dengan-Mu, sementara hasratku hanya untuk-Mu. Karenanya, Engkau menjadi tujuanku, bukan selain-Mu dan hanya Engkau aku terjaga di malam hari dan mengurangi tidurku. Selamat atas tibanya bulan Rajab dan kelahiran Imam Muhammad Baqir as.
Periode kehidupan Imam Muhammad Baqir as di kota Madinah, difokuskan untuk penyebaran ajaran agama dan mendidik murid-murid berprestasi. Terlepas dari kondisi yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Islam, Imam Baqir as memulai upaya serius dan masif di bidang sains dan pendidikan Islam, di mana kebangkitan ini mengarah pada gagasan dan pendirian sebuah universitas besar Islam yang dinamis dan hebat dan di masa Imam Shadiq as mencapai puncaknya.
Hauzah ilmiah di masa Imam Baqir as sangat luas dan tidak terbatas pada bidang tertentu, tetapi di berbagai jurusan yang beragam dari makrifat Islam seperti tafsir, ulum Al-Quran, hadis, fiqih dan disiplin ilmu populer lainnya di masa itu seperti astronomi dan sejarah memiliki banyak siswa berprestasi. Salah satu murid menonjol dari Imam Muhammad Baqir as adalah Jabir bin Yazid Al-Ju'fi. Ia berasal dari Kufah. Mengenai awal pertemuannya dengan Imam Baqir as, ia berkata, "Saya masih muda dan datang ke Imam Baqir. Imam berkata kepada saya, "Dari mana dari untuk apa engkau datang ke sini?" Saya menjawab, "Saya berasal dari Kufah dan saya datang ke Madinah untuk belajar ilmu pengetahuan dari Anda." Ketika itu, Imam Baqir menyambut saya dengan baik dengan wajah berseri-seri seraya memberi saya sebuah buku.
Dengan demikian, Jabir ditempatkan dalam barisan para murid dan penolong Imam Baqir as. Selama waktu ini ia berhasil mengumpulkan banyak pengetahuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan detil. Ia mengatakan, "Penerus dan pewaris ilmu pengetahuan para nabi adalah Muhammad bin Ali as. Ketika beliau berkata kepada saya tentang sesuatu dan dikarenakan posisi keilmuan saya tidak setara dengan posisi Imam as, saya tidak menyampaikan pendapat saya sendiri."
Bersambung ....