Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Reformasi Pemikiran Jahiliyah oleh Ahlulbait

0 Pendapat 00.0 / 5

Dari sejumlah hadis menunjukkan bahwa Rasulullah saw dan para imam menggunakan setiap kesempatan untuk meluruskan pemikiran dan perbuatan-perbuatan jahiliyah dan kejahiliyahan. Terkadang menyalahkan dasar dan asasnya, yakni fanatisme jahiliyah dan terkadang menjelaskan manifestasi dan esensinya dan kemudian mengkritiknya.

Menurut sebuah hadis, Rasulullah saw menyebut Islam sebagai perendah orang-orang yang beranggapan mulia pada masa jahiliyah dan memuliakan orang-orang yang hina pada masa jahiliyah dan menegaskan bahwa Allah menjadikan Islam sebagai sumber penghilang arogansi dan kebanggaan jahiliyah atas kabilah dan nasab. Menurut hadis lain dari Nabi Saw, seseorang yang dalam hatinya memiliki fanatisme jahiliyah seukuran partikel kecil pada hari kiamat kelak ia akan dibangkitkan bersama orang-orang Arab jahiliyah. Dalam beberapa hal Nabi juga menghardik dan mencerca sebagian para sahabatnya dikarenakan memiliki bentuk perilaku-perilaku jahiliyah.

Rasulullah saw sangat memusuhi kebodohan. Nabi mengganti dua hari, yang mereka adakan perayaan dan pesta pada masa jahiliyah, dengan dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Demikian juga, nama seseorang yang pada masa jahiliyah adalah mulia, yang menunjukkan sejenis arogansi dan kepongahan jahiliyah, Nabi menggantinya menjadi Abdur Rahman. Imam Ali as juga mewanti-wanti masyarakat agar tidak terjerumus dalam kubang kebodohan dan fanatisme jahiliyah dan memperkenalkan setan sebagai manifestasinya.

Dalam sebagian hadis, sebagian perbuatan dan tindakan yang dikerjakan oleh kaum muslim dianggap sebagai misdaq budaya jahiliyah. Berdasarkan sebuah riwayat dari Imam Sajjad as, fanatisme tercela jahiliyah berartikan bahwa seseorang menganggap orang-orang hina kaumnya lebih baik dari orang-orang baik kaum lainnya dan membantu mereka dalam perbuatan-perbuatan lalim. Demikian juga, dalam sejumlah hadis dikemukakan bahwa peminum minuman keras, salatnya tidak diterima sampai empat puluh hari dan jika dalam empat puluh hari ini meninggal dunia, maka ia mati dengan matinya jahiliyah. Meninggal tanpa wasiat, mengusap darah akikah ke kepala bayi dan memakan makanan di tengah-tengah orang yang tertimpa musibah termasuk esensi lain jahiliyah dan dicela.