Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Usia Bukan Alasan

0 Pendapat 00.0 / 5

Ketika imam ke-9 kita, Imam Muhammad Jawad as masih berusia 9 tahun, ayahandanya, Imam Ali Ridha as secara diam-diam dibunuh oleh khalifah Makmun. Banyak orang bertanya-tanya karena beliau saat itu masih sangat belia untuk dapat membimbing mereka. Namun demikian, Imam Muhamamad Jawad as segera membuat mereka sadar bahwa usianya yang belia tidak memberikan perbedaan apa pun dalam keluasan ilmunya. Beliau menyatakan siap menjawab seluruh pertanyan yang diajukan kaum muslimin kepadanya. Orang-orang sangat takjub terhadap keluasan ilmu Imam Muhammad Jawad as.

Ulama-ulama terkemuka pun mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji keilmuan beliau. Namun Imam Muhammad Jawad as mampu menjawab seluruh pertanyaan mereka hingga mereka pun merasa puas. Selain itu, beliau juga mengajarkan mereka jawaban-jawaban yang benar saat melakukan kesalahan. Suatu hari, seorang Syiah bertanya kepada Imam Muhammad Jawad as ihwal ganjaran apa yang akan didapatkan orang-orang yang menjadi sahabat Imam Muhammad Jawad as dan orang-orang yang menjadi pelayannya.

Imam Muhammad Jawad as memberikan jawaban dengan mengutip kisah salah seorang pelayan Imam Ja’far Shadiq as. Imam Muhammad Jawad as berkata bahwa Imam Ja’far Shadiq as pernah memiliki seorang pelayan yang senantiasa mengurus kudanya. Suatu hari, seseorang mendatanginya dan berkata bahwa apabila diizinkan untuk menjaga kudanya, ia akan mendapatkan seluruh hartanya sebagai gantinya. Pelayan itu menjawab bahwa ia tidak mau mengganti posisinya. Sebab, meskipun di dunia ini dirinya sekadar pelayan, di hari Kiamat kelak ia akan mendapatkan surga berkat pelayanannya terhadap imam.

Kemudian, Imam Muhammad Jawad as berkata, “Pada hari Kiamat, Nabi Muhammad akan berada di sebuah tempat dekat cahaya Allah, Imam Ali berada paling dekat dengan beliau, dan para imam lainnya akan berada di sebuah tempat dekat Imam Ali. Lalu para sahabat dan Syiah kami akan berada dekat tempat kami, mendapatkan ganjaran dari Allah sebagaimana kami.”

Orang Syiah itu berkata kepada Imam Muhammad Jawad as bahwa jika keluarganya tidak tinggal terlalu jauh darinya dan memerlukan dirinya, ia tentunya akan tinggal bersama Imam. Imam Jawad Muhammad as tersenyum dan kemudian memberikan pengikutnya itu jumlah uang sebagai hadiah dan berkata kepadanya bawha ia akan segera mendapatkan manfaat dari hadiah tersebut. Ketika orang itu kembali ke kampung halamannya, ia jumpai dirinya membutuhkan beberapa uang ekstra. Jika Imam Muhammad Jawad as tidak memberinya sejumlah uang ekstra, tentu ia akan mengalami kesulitan.