Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dakwah Pertama Islam

0 Pendapat 00.0 / 5

Islam bermula ketika Nabi Muhammad saw berusia 40 tahun. Sebelumnya dakwah Rasulullah saw bersifat sembunyi-sembunyi. Kemudian, tiga tahun selepas kedatangan Islam, beliau diperintahkan untuk memulai dakwah terbuka demi menyampaikan pesan-pesan samawi. Kejadian ini berlangsung manakala Allah Swt mewahyukan ayat: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (Qs. asy-Syu’ara’: 214)

Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw mengadakan perjamuan yang dikenal dalam sejarah sebagai “Da’wat Dzu’l Asyira”. Saat itu Rasulullah saw mengundang sekitar 40 lelaki kerabat beliau dari Bani Hasyim dan meminta Imam Ali bin Abi Thalib as untuk menyiapkan jamuan makan malam. Setelah menjamu tamu-tamu beliau dengan makanan dan minuman, Rasulullah saw bermaksud untuk berbicara kepada mereka tentang Islam. Namun Abu Lahab mendahuluinya sambil berkata kepada para tamu, “Tuan rumahnya sudah sekian lama menyihir anda.” Seluruh tamu membubarkan diri sebelum Rasulullah saw menyampaikan pesan beliau.

Rasulullah saw kembali mengundang mereka pada hari berikutnya, Setelah perjamuan, beliau bersabda kepada mereka, “Wahai Bani Abdul Muttalib, demi Allah, aku tidak mengenal seseorang pun dari bangsa Arab yang datang kepada umatnya lebih baik dari apa yang aku bawa untuk kalian. Aku datang membawa sesuatu untuk kebaikan kalian, dunia dan akhirat. Aku telah diperintahkan Allah untuk mengajak kalian kepada-Nya. Karena itu, siapa di antara kalian yang ingin membantuku dalam urusan ini, maka ia akan menjadi saudaraku (akhi), pelaksana wasiatku (wasiyyi), dan khalifah sepeninggalku?”

Panggilan ini adalah panggilan pertama Rasulullah saw dalam berdakwah secara terbuka kepada mereka dalam konteks menerima beliau sebagai utusan dan Rasul Allah Swt; beliau juga menggunakan kalimat “akhi wa wasiyyi wa khalifati” (saudaraku, penggantiku, khalifahku) dengan alasan, orang itu akan membantunya dalam menunaikan misi Rasulullah saw.

Seketika mereka semua terdiam dan tidak menjawab seruan Nabi saw. Mereka semua mundur teratur menghadapi seruan ini, kecuali sosok paling muda di antara mereka yakni Imam Ali bin Abi Thalib as. Imam Ali bin Abi Thalib as berdiri dan berkata, “Aku bersedia menjadi penolongmu, wahai Rasulullah.”

Rasulullah saw kemudian menaruh tangannya di pundak Imam Ali bin Abi Thalib as dan berkata, “Inna hadza akhii wa wasiyyi wa khalifati fikum, fasma’u lahu wa athi’u, (sesungguhnya ia ini saudaraku, penggantiku, dan khalifahku di antara kalian, dengarkan dan taatilah ia).”

Proklamasi ini merupakan perkataan yang terang benderang karena para hadirin memahami penunjukkan Imam Ali as ini dengan sangat jelas.