Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Meraih Hikmah Bulan Ramadan (13)

0 Pendapat 00.0 / 5

Ramadan adalah bulan ibadah dan doa ibarat jiwa dalam tubuh ibadah kita. Jiwa ini, seperti jiwa kita sendiri, berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Jika bukan karena izin Allah, tidak ada bibir yang terbuka untuk memuji-Nya dan tidak ada lisan yang bergerak untuk berdoa. Ketika Allah mengizinkan hamba-hamba-Nya untuk mengingat-Nya dan mengungkapkan keinginan mereka, Dia benar-benar meletakkan kunci harta karun rahmat-Nya di tangan hamba-hamba-Nya.

Allah mengizinkan hamba-hamba-Nya untuk mencoba membuka pintu-pintu nikmat-Nya dengan kunci doa untuk mendidik dan membesarkan mereka. Jalan yang dipilih Allah untuk pertumbuhan dan pendidikan manusia adalah jalan yang penuh cobaan dan penderitaan. Allah berfirman dalam ayat kedua Surah Ankabut, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Salah satu ujian Allah adalah menunda terkabulnya doa para hamba. Terkadang kita membawa kebutuhan kita kepada Allah dan meminta Allah untuk memenuhi-Nya, tetapi butuh waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun bagi terkabulnya doa kita. Keterlambatan dalam menjawab ini mungkin karena berbagai alasan. Imam Ali as berkata, “Jika jawaban doamu tertunda, penundaan ini jangan sampai membuatmu putus asa.”

Mungkin berhadapan dengan dua hal; harapan dan putus harapan dari rahmat Allah adalah ujian yang disiapkan Allah untuk kita. Allah ingin menguji iman hamba-Nya dan menumbuhkannya dalam ujian ini serta meningkatkan imannya. Namun banyak dari kita, dalam ujian seperti itu, segera memilih keputusasaan dan alih-alih menyampaikan kebutuhan kita kepada Allah, kita berpaling kepada hamba-hamba-Nya, tanpa menyadari bahwa keputusasaan membawa kita ke lembah ketidakpercayaan.

Berbahagialah hamba yang merasa puas dengan ridha Allah meskipun doanya belum terkabul. Hamba yang demikian tahu bahwa rahmat Allah lebih besar dari segala kebutuhan dan bahwa Allah tidak pernah pelit, sehingga dia tidak pernah kecewa. Dia selalu mengharapkan rahmat Allah yang maha luas. Dia tidak pernah berhenti berdoa dan inilah yang direkomendasikan oleh para tokoh agama kita.

Nabi Islam Saw bersabda, “Sebisanya, Anda harus banyak berdoa. Karena Anda tidak tahu kapan doamu akan terkabulkan.”

Imam Ali as berbicara kepada putranya Imam Hasan as dan berkata, "Pengampunan dan pemberian Allah tergantung pada niat Anda. Mungkin akan ada penundaan dalam memenuhi kebutuhan Anda, sehingga Anda akan menerima pahala yang lebih besar dan lebih banyak pengampunan." Boleh jadi kamu menginginkan sesuatu, tetapi demi kebaikan dan kemaslahatan, hal itu tidak diberikan kepadamu atau cepat atau lambat akan diberikan yang lebih baik dari itu. Karena betapa banyak hamba punya keinginan yang agar bila dipenuhi justru menyebabkan kehancuran agamanya.

Seorang hamba harus mengetahui bahwa jika Sang Pencipta yang Esa, Maha Kuasa dan Maha Agung belum mengabulkan sesuatu atau memenuhi suatu kebutuhan, maka pasti ada hikmahnya. Tentunya apa yang Allah kehendaki untuk kita jauh lebih baik daripada apa yang kita inginkan untuk diri kita sendiri. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 216,  “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.”

Imam Sajjad as mengatakan, “Doa seorang mukmin akan disimpan untuk akhiratnya, atau kebutuhannya akan terpenuhi, atau bencana yang ditakdirkan menimpanya akan dihindarkan darinya.” Jadi, betapa banyak doa yang secara lahiriah tidak dikabulkan, tetapi pada hakikatnya telah dikabulkan dan menghilangkan bencana dari kita atau ditetapkan sebagai kebaikan yang banyak di akhirat.