Meraih Hikmah Bulan Ramadan (14)

Tidak diragukan lagi, penderitaan terbesar manusia adalah Hari Kebangkitan. Pada hari ketika langit dan bumi berubah dan hancur, gunung-gunung bergerak seperti awan dan lautan mendidih, pada hari ketika para ibu melupakan anak-anaknya karena ketakutan dan tidak ada perlindungan bagi siapa pun, ada orang beriman yang doanya terkabul seperti awan yang menaungi mereka dan menenangkan hati mereka.

Kita semua adalah hamba pendosa. Sekalipun demikian, dengan semua dosa yang ada, Allah mengizinkan kita untuk memanggil-Nya, bahkan Dia mengajak kita menuju diri-Nya dan bersikeras dengan ajakan ini. Banyak dari kita, alih-alih menerima nikmat besar ilahi ini, justru berpaling dari-Nya! Mereka yang tidak mengetahui posisinya di alam semesta, tidak akan melihat pertolongan Allah kepadanya. Akhirnya, bukan menghadap Allah, justru memalingkan wajah dari-Nya. Imam Mahdi af dalam sebuah penggalan doa memperhatikan sikap manusia di hadapan Allah, agar manusia lebih mengenal posisinya di sisi Allah. Bukannya memilih bersama dengan pertolongan dan kedermawanan Allah, manusia justru tidak bersyukur dan mengenal keburukannya bila dibandingkan dengan Allah.

Oleh karenanya, Imam Mahdi af mengatakan, “یا ربِّ اِنَّکَ تَدْعُونی فَاُوَلیّ عَنْکَ” yang berarti Ya Allah! Engkau mengajakku, tapi aku justru berpaling dari-Mu!

Pernahkah Anda mengungkapkan rasa suka dan keakraban kepada teman Anda tetapi dia tidak memperhatikan? Dan Anda masih mengungkapkan rasa suka dan keakraban di depan ketidakpedulian dan ketidakbaikannya? Apakah setelah semua kebaikanmu, belum ada gambaran baginya bahwa dia benar dan ingin pamrih atasmu? Sekarang bayangkan. Inilah perilaku seorang hamba yang lemah, di hadapan Allah, Sang Pencipta dan Pemberi rejeki! Gambaran jelek dan menjijikkan dari kesombongan makhluk lemah di hadapan keluasan rahmat ilahi!

Apa yang manusia miliki di hadapan Allah, sehingga merasa sombong? Setiap kali memohon kepada-Nya, manusia menghibur dirinya sendiri dengan sesuatu. Namun yang mengejutkan, meskipun perilaku buruk ini, belas kasihan dan kebaikan Allah tidak berhenti. Beberapa bagian dari doa Iftitah didedikasikan untuk mengungkapkan perilaku yang tidak menyenangkan ini dan disajikan seperti ini:

وَ تَتَحبَّبُ اِلَىَّ فَأَتَبَغَّضُ اِلَیْکَ

Engkau menawarkan cinta kepadaku, tapi aku membalas-Mu dengan kebencian

وَ تَتَودَّدُ اِلَىَّ فَلا اَقْبَلُ مِنْکَ

Dan Engkau menawarkan kasih kepadaku, tapi aku tidak bersedia menerimanya dari-Mu

کَاَنَّ لِىَ التَّطَوُّلَ عَلَیکَ

Seakan-akan aku pernah memberikan karunia kepada-Mu.

Allah begitu baik sehingga Dia tidak mengabaikan bahkan hamba-Nya yang berdosa dan bersalah dan tidak melupakannya. Disebutkan dalam riwayat bahwa Allah Swt berfirman kepada Nabi Dawud as, “Jika orang-orang yang berpaling dari-Ku tahu betapa Aku menanti mereka, dan seberapa banyak rahmat-Ku terbentang untuk mereka dan betapa Aku sangat menginginkan agar mereka meninggalkan dosa-dosa, mereka akan mati dengan sangat gembira. Wahai Daud! Ini adalah kerinduan-Ku kepada mereka yang berpaling dari-Ku. Jadi bagaimana Aku akan menyikapi mereka yang berpaling dari-Ku?

Hal ini juga disebutkan dalam doa Iftitah dan dinyatakan sebagai berikut:

فَلَمْ یَمْنَعَکَ ذلِکَ مِنَ الرَّحْمَةِ لی وَالاْحْسانِ اِلَىَّ وَالتَّفَضُّلِ عَلَىَّ بِجُودِکَ وَ کَرَمِکَ

Tapi, semua itu tidak mencegah-Mu untuk mengucurkan rahmat atasku, kebajikan padaku, dan karunia atasku dengan anugrah dan karunia-Mu.

فَاْرَحْم عَبْدَکَ الجْاهِلَ وَجُدْ عَلَیْهِ بِفَضْلِ اِحْسانِکَ اِنَّکَ جَوادٌ کَریمٌ

Maka, kasihanilah hamba-Mu yang bodoh ini dan limpahkanlah karunia kepadanya demi curahan anugrah-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Dermawan, Maha Pemurah.