Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Meraih Hikmah Bulan Ramadan (17)

0 Pendapat 00.0 / 5

Hari kelima belas bulan Ramadan dihiasi dengan kelahiran penuh berkah Imam Hasan al-Mujtaba as, cucu Rasulullah Saw.

Pada pertengan bulan Ramadan, Allah Swt menganugerahi hadiah agung ke rumah kenabian. Kelahiran penuh kebahagiaan yang wajah dan perilakunya persis dengan kakeknya, Nabi Muhammad Saw dan keutamaan dan keberanian diwarisi dari orang tuanya Imam Ali dan Sayidah Fathimah as. Kami mengucapkan selamat atas kelahiran manifestasi dari kedermawanan dan kesabaran kepada semua umat Islam.

Imam Hasan as adalah buah pertama dari keluarga Imam Ali as dengan putri Rasulullah Saw yang lahir di kota Madinah pada 15 Ramadan tahun ketiga Hijrah. Fathimah as meminta suaminya Ali as untuk memberinya nama, tetapi suaminya berkata, “Saya tidak akan mendahului Rasulullah Saw.”

Mereka menanti sampai Rasulullah mendatangi rumah mereka dan beliau mengucapkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga cucu pertamanya kemudian memberinya nama Hasan. Nama yang tidak pernah didengar di masa Jahiliah. Sejak saat itu, Hasan as sangat disayangi kakeknya. Rasulullah menyebut Hasan sebagai anak dan buah hatinya. Beliau mencium dan membauinya serta membawanya ke masjid dan pertemuan. Nabi Saw bersabda, “Hasan adalah bunga wangi yang saya ambil dari dunia.”

Hasan bin Ali as sejak kecil bukan hanya menerima usapan, bimbingan dan prinsip-prinsip serta pendidikan orang tua teladan dan tiada bandingannya seperti Ali dan Fathimah, tetapi juga tumbuh di bawah pendidikan dan pengawasan khusus Nabi Muhammad as dan menjadi bagian dari keluarga risalah dan tempat diturunkannya wahyu serta sumber keutamaan. Semasa kecilnya, terkadang ada peristiwa terjadi yang meniupkan masa depan cemerlang, di mana mereka yang tidak tahu akan rahasia keagungan keluarga ini akan takjub dan tidak percaya.

Ketika Imam Hasan as sedang melewati masa kecilnya, suatu hari ia hadir di pertemuan Nabi Saw dan mendengar ayat-ayat al-Quran dari lisan beliau dan masuk dalam ingatannya. Ketika ia kembali ke rumah dan menemui ibunya, ia membacakannya kepada ibunya. Saat ayahnya memasuki rumah, Fathimah menukil ayat-ayat itu tanpa ada yang kurang. Suatu hari ketika Ali bertanya kepada Fathimah, bagaimana ia dapat mengetahui ayat-ayat itu? Fathimah mengatakan, “Anak kecilku, Hasan mendengar ayat-ayat dari Nabi Saw dan semuanya dinukil kepadaku.”

Salah satu ciri khas paling menonjol dari kehidupan Imam Hasan as adalah selalu bersama dengan langkah ayahnya Imam Ali as. Pasca wafatnya Nabi Saw dan syahadah ibunya Fathimah as yang waktunya tidak terlalu berjauhan, Imam Hasan as berada di sisi ayahnya Imam Ali dan menyaksikan berbagai kesulitan dan kesakitan.

Imam Hasan as bak penolong yang sabar, kuat dan penasihat hebat bagi Imam Ali as dan memainkan peran aktif dan positif, khususnya di masa kekuasaan ayahnya. Setelah syahadah Imam Ali as, rakyat Kufah berbaiat dengan Imam Hasan as dan dengan demikian beliau bertanggung jawab memimpin umat Islam dalam situasi yang tidak aman dan gelisah.

Salah satu langkah yang diambil Muawiyah adalah menyingkirkan para pemimpin dan orang-orang berpengaruh dari sisi Imam Hasan as. Dengan memberikan suap dan memberikan janji bohong dan membuat tamak, mereka berhasil merekrerut sebagian tokoh Kufah dan Irak. Setelah itu Muawiyah mengumumkan perang lalu menggerakkan pasukannya menuju Irak.