10 Ramadhan; Wafatnya Perempuan Agung yang Dirindukan Surga

Keagungan dan kemuliaan Sayidah Khadijah, bukan karena kekayaannya atau pun karena nasabnya, namun karena sifat-sifat terpujinya, yang dikenal sejak sebelum menikah dengan Rasulullah Saw. Beliau digelari dengan berbagai julukan yang menunjukkan kemuliaannya seperti thahirah (perempuan suci), mubarakah (perempuan yang diberkahi), Sayyidatu Quraisy (perempuan penghulu Quraiys), dan lainnya.

«کانَتْ خَدیجَةُ إمْرَأةً عاقِلَةً شَریفَةً مَع ما أرادَ اللهُ بِها مِنَ الکرامَةِ وَالْخَیْرِ وَهِیَ یَوْمَئذٍ أفْضَلُهُمْ نَسَباً وَأعْظَمُهُم شَرَفاً وَأکْثَرُهُمْ مالاً؛ »

“Khadijah adalah perempuan yang berakal nan  mulia, yang Allah kehendaki dengan kemuliaan dan kebaikan. Pada saat itu ia adalah orang yang paling utama nasabnya dan paling agung kemuliaannya dan paling banyak hartanya.”[1]

Menariknya, seorang pendeta telah memprediksi bahwa Sayidah Khadijah akan mencapai maqam tinggi itu dari sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul, juga sebelum mereka menikah.  Pada saat itu seorang pendeta berkata kepada Maisarah, pelayan Sayidah Khadijah,

«یا مَیْسَرَةُ إقْرَأ مَوْلاتَکَ مِنّی السّلام وَاعْلِمْها أنَّها قَدْ ظَفَرّتْ بِسَیِّدِ الاَنامِ، وَأنَّهُ سَیَکونُ لَها شَاْنٌ مِنَ الشَّاْنِ وتَفْضُلُ عَلی سائِرِ الخاصِّ والْعامِ وَاحْذَرْها أنْ تَفوتَها القربَ مِنْ هذا السَّیِد فَإنَّ اللهَ تعالی سَیَجْعَلُ نَسْلَها مِنْ نَسْلِهِ وَیَبْقی ذِکْرُها إلی آخِرِ الزَّمانِ…؛

“Wahai Maisarah, sampaikan salamku kepada tuanmu, dan katakan kepadanya bahwa ia akan memenangkan seorang pemimpin manusia, ia akan memiliki kedudukan dan akan mulia atas semuanya baik dari kalangan khusus, maupun umum. Peringatkan ia agar tidak kehilangan kedekatan dari pemimpin ini. Sesungguhnya Allah akan menjadikan keturunannya (Khadijah) dari keturunannya (Nabi Muhammad) dan akan senantiasa diingat sampai akhir zaman.”[2]

HaI ini menunjukkan bahwa keagungan dan kemulian Sayidah Khadijah telah dicatat di kitab-kitab suci terdahulu, sehingga para pendeta Nasrani dapat memprediksinya dengan baik. Menariknya juga, Shafiyah putri Abdul Muthalib telah menyinggungnya pada pada malam pengantin Sayidah  Khadijah,

یا خَدیجَةُ! لَقَدْ خَصَصْتَ هذه اللَّیْلَةَ بِشَیءِ ما خَصَّ بِهِ غَیْرُکَ، وَلا نالَهُ سِواکَ مِنْ قَبائِلِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ، فَهَنیئاً لَکِ بما أوتِِیتَهُ وَوَصَلَ إلَیکِ مِنَ العِزِّ والشَّرَفِ

“Wahai Khadijah, telah dikhususkan malam ini untukmu dengan sesuatu yang tidak dikhususkan untuk selainmu, tidak ada yang mendapatkannya selainmu dari kalangan Arab maupun Ajam (non Arab), selamat atas anugrah yang diberikan kepadamu dari keagungan dan kemuliaan.”[3]

Tentunya anugrah tersebut tidak didapatkan begitu saja, namun karena perjuangan dan pengorbanannya untuk Allah SWT dan Rasul-Nya. Di antaranya ia adalah orang yang pertama beriman kepada Allah dari laki-laki maupun perempuan dan tidak ada yang menyatakan selain itu. Ibnul Atsir menyatakan, “Khadijah adalah yang Allah tetapkan masuk Islam pertama kali, tidak ada laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.”[4]