Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dinasti Idrisiyyah (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Cirikhas Politik

Menurut sejarawan dan ahli peradaban Maroko, sistem pemerintahan Idrisiyyah dianggap sebagai jenis pemerintahan yang paling mirip dengan kepemimpinan Imam dalam Islam.[16] Berdasarkan laporan ini, mereka tidak menekan rakyat dengan kekuatan militer yang represif atau tipu daya; sebaliknya, popularitas mereka di kalangan rakyat disebabkan oleh kecakapan mereka serta hubungan kekerabatan mereka dengan Nabi Islam saw. Dalam struktur politik Idrisiyyah, kekuasaan tidak terpusat pada Imam, melainkan sistem politik bersifat musyawarah di mana para tokoh dan sesepuh kabilah memiliki peran dalam pengambilan keputusan pemerintah, sehingga rakyat merasa terlibat dalam pemerintahan. Hubungan yang baik ini dengan rakyat menyebabkan kelompok-kelompok yang menentang mereka melemah.[17]

Para sejarawan mencatat bahwa Idrisiyyah memberikan kebebasan kepada lawan-lawan politik mereka. Sebagai contoh, mereka memberikan perlindungan kepada kelompok yang berseberangan secara politik dan agama dengan mereka,[18] bahkan menunjuk beberapa di antara mereka sebagai pejabat pemerintah.[19]

Mereka tidak membebankan pajak berat kepada rakyat, tidak memiliki istana megah dan tidak hidup dalam kemewahan dan kesenangan. Mereka bahkan mencopot individu yang melakukan penyimpangan dari posisi mereka atas desakan rakyat.[20]

Meskipun pemerintahan Idrisiyyah memiliki kekuatan spiritual dan maknawi yang kuat serta dihormati di kalangan rakyat, namun mereka tidak memiliki kekuatan politik dan militer yang luar biasa[21] serta mengalami kelemahan administratif. Kelemahan-kelemahan ini menjadi celah bagi kekalahan mereka di tangan musuh-musuhnya.[22]

Perbedaan Pendapat Mazhab Dinasti Idrisiyyah


Tentang mazhab Idrisiyyah, terdapat sedikit catatan sejarah yang menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan sejarawan.[23] Beberapa orang menganggap Idris bin Abdullah, pendiri Dinasti Idrisiyyah sebagai seorang Syiah[24] dan menyebut pemerintahan Idrisiyyah sebagai pemerintahan Syiah.[25] Di sisi lain, beberapa orang menolak kemungkinan ini.[26]

Ada juga pandangan bahwa awalnya Idrisiyyah adalah penganut Syiah dan setelah tersebarnya mazhab Maliki di Maroko, mereka beralih menjadi Sunni.[27] Tetapi, penting untuk dicatat bahwa keturunan Idrisiyyah saat ini adalah penganut Sunni.

Sebagian pendapat menyebutkan bahwa Idrisiyyah dianggap sebagai Zaidiyah,[28] Ismailiyah[29] atau Syiah Dua Belas Imam.[30] Selain itu, kesyiahan Dinasti Idrisiyyah dianggap sebagai Syiah yang moderat dan lemah yang lebih bersifat politis daripada keyakinan keagamaan.[31]

Argumentasi Kesyiahan Dinasti Idrisiyyah Beberapa bukti yang digunakan untuk mendukung klaim bahwa Idrisiyyah adalah penganut Syiah antara lain adalah sebagai berikut: khutbah-khutbah Idris yang disebut-sebut berisi pernyataan tentang hak Ahlulbait as atas kekhalifahan, uang koin peninggalan dari masa pemerintahan Idrisiyyah yang yang tercetak nama Imam Ali as dan kalimat علیٌ خیرُ النّاس بعدَ النَّبی (Ali adalah sebaik-baiknya manusia setelah Nabi”; pernyataan dari tokoh-tokoh seperti Asy’ari dan Ibnu Khaldun tentang kesyiahan dinasti Idrisiyyah serta pengakuan penguasa Idrisiyyah terkait keSyiahan mereka.[32]

Dikatakan bahwa pada masa pemerintahan Idrisiyyah, Maroko tidak memiliki kesiapan untuk menyebarkan Syiah dan mereka tidak berupaya untuk mengajak orang-orang menjadi penganut Syiah. Jika ada upaya yang dilakukan, efeknya akan hilang pada periode-periode setelahnya. Sebagai gantinya, mereka lebih fokus untuk melawan Khawarij, menyebarkan kecintaan kepada Ahlulbait as dan juga menyebarkan Islam di kalangan umat Kristen.[33]