Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ilmu sebagai dasar segala sesuatu

0 Pendapat 00.0 / 5

Pesan menuntut ilmu yang terkandung dalam makna iqra berlaku untuk sepanjang hayat. Manusia lebih membutuhkan ilmu ketimbang membutuhkan makan dan minum. Ilmu sangatlah dibutuhkan oleh manusia di mana pun dan kapan pun, baik itu perkara duniawi maupun perkara ukhrawi.

Dalam konsep tauhid, syarat yang pertama adalah ilmu, yaitu mengilmui makna serta konsep yang ada dalam tauhid tanpa taklid buta, sekalipun taklid bagi orang awam tentu juga lebih utama dari tidak menjalankan sama sekali. Kemudian baru dilanjutkan dengan mengamalkan dalam keseharian. Itu menandakan bahwa ilmu adalah hal yang penting bagi umat Islam.

Zaman Abbasiyah adalah zaman yang dikenal sebagai zaman kegemilangan umat Islam. Kemajuan itu tidak terlepas dari tradisi ilmu yang saat itu begitu kencang dilakukan. Umat Islam pada saat itu mencintai ilmu serta menjauhi dikotomi. Ilmu yang beredar saat itu merupakan ilmu yang seperti hakikatnya, yaitu ilmu yang dapat mengantarkan seseorang untuk mengenal pemilik segala ilmu, yaitu Allah.

Mengulang kembali kegemilangan umat Islam yang pernah terjadi sepertinya tidaklah mustahil, setidaknya ada usaha-usaha meski dalam bentuk kecil. Umat Islam hendaknya mencintai ilmu dan menghidupkannya, serta tidak dikotomi dalam mempelajari ilmu. Budaya ilmu yang ada di dalam umat Islam harus dikuatkan, salah satunya adalah mengamalkan kata “Iqra” yang termuat dalam wahyu pertama. Ilmu harus menjadi prioritas utama sebelum kebutuhan-kebutuhan yang lain.

 Sumber bacaan:

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aisar At-Tafasir Likalam Al-‘Aly Al-Kabir, jilid ke-5, (Madinah: Maktabah Al-ulum wa Al-Hikam, 2003).

Burhanul Islam Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim, (Solo: Pustaka Arafah, 2022).

Taslim Syahlan, dkk., “Pendampingan Santri untuk Membangun Tradisi Literasi di Pondok Pesantren Al-Mubarok Mranggen Demak”, jurnal DIMAS: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan, 19(1), 2019.