Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (1)
Kutipan Jalaluddin Rumi, terkait Imam Ali bin Abi Thalib as, di dalam kitabnya Divan-e Shams, kebanyakan merupakan isyarat-isyarat yang bersumber dari kekuatan Ilahi, dan figur berpengaruh Imam Ali, sebagai sosok yang selalu berkorban untuk Nabi Muhammad SAW.
Jalaluddin Mohammad Rumi, penyair dan hakim besar Persia, yang lebih dikenal dengan Maulana, Maulawi atau Rumi, dilahirkan pada tahun 604 Hijriah Qamariyah, di Balkh, wilayah kekuasaan Iran, tempo dulu.
Beliau banyak mengutip ayat-ayat Al Quran, dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, serta Imam Ali as, serta kisah-kisah para Nabi, dalam karya-karyanya terutama Masnawi, dan tidak ada yang bisa menandinginya dalam hal ini.
Pertemuan dengan Shams Tabrizi, Api di "Tempat Pengeringan Wujud"
Peristiwa terpenting dalam kehidupan Rumi, adalah pertemuan dirinya dengan hakim besar Iran, yang lain, yaitu Shams Tabrizi, sekitar tahun 642 Hijriah Qamariyah, saat usianya menginjak 40 tahun.
Shams Tabrizi begitu memikat Jalaluddin Rumi, sampai-sampai menyingkirkan pelajaran dan nasihat, dan mulai mendengarkan serta melantunkan syair-syair Irfan penuh gairah.
Tentu saja Shams Tabrizi, adalah seorang ulama yang sudah melanglang buana, dan sebagaimana dijelaskan dalam karya-karyanya, ia menguasai ilmu tafsir Al Quran, dan Irfan.
Pengaruh Rumi, melampaui batas wilayah geografis Iran. Orang-orang Iran, Afghanistan, Tajikistan, Turki, Yunani, dan umat Islam, di Asia Tengah, dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Malaysia, selama tujuh abad terakhir sangat gandrung pada warisan spiritual Rumi.
Terjemahan syair-syair Rumi, ke dalam bahasa Inggris, termasuk karya sastra paling digemari, paling populer, dan buku dengan oplah tertinggi di Amerika Serikat. Tentunya, sebagian besar karya Rumi, dibaca orang di seluruh penjuru Iran.
Bersambung ...