Pendidikan dalam Pandangan Imam Musa Kazhim (1)
Dalam pandangan Imam Kazhim as, ketika peluang pendidikan yang tepat telah tercapai, seorang anak akan dilahirkan dalam kondisi selamat di mana ia akan memiliki potensi besar dan positif. Akar dari potensi ini berada di keluarga kedua orang tua. Imam Kazhim as sendiri dilahirkan di keluarga utama yang memiliki keunggulan di bidang ilmu, spiritual, takwa, ikhlas dan penghambaan kepada Tuhan.
Imam Kazhim yang tumbuh besar di bawah didikan ayahnya, Imam Ja’far Sadiq as, setiap hari lautan ilmu dan pengetahuan serta kesempurnaan jiwa semakin terbuka bagi beliau. Di bahwa didikan ayahnya, Imam Kazhim tumbuh besar dengan pendidikan yang tepat dan spiritualitasnya pun semakin tinggi. Maka tak heran pasca wafatnya Imam Sadiq as, beliau memiliki kemampuan untuk melanjutkan tugas suci para imam Ahlul Bait Nabi. Imam besar ini dijuluki Abd Saleh (Hamba yang Saleh) karena kebesaran dan kesempurnaan kepribadiannya. Kesabarannya yang tinggi dan kemampuannya menahan marah serta sifat mulianya yang membalas keburukan dengan kebaikan, membuat beliau mendapat kehormatan dijuluki Kazhim (Peredam Kemarahan). Ketika seorang anak baru dilahirkan, ia memiliki potensi secara fitrah dan kesiapan untuk belajar dan menerima pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan teladan yang tepat bagi mereka sehingga mampu belajar dari teladan tersebut. Jika tidak ada teladan yang tepat bagi anak, maka pastinya pendidikanya akan mengalami penyimpangan.
Salah satu sahabat dan periwayat hadis bernama Ali bin Abu Hamzah Bataini meriwayatkan, “Suatu hari Aku berangkat untuk berjumpa dengan Imam Musa Kazhim. Aku menemuinya dalam kondisi tengah bekerja di ladang dan keringat bercucuran dari badan beliau. Aku sangat heran dan bertanya, Wahai Anak Rasulullah! Ke mana orang-orang sehingga Aku menyaksikan Anda dalam kondisi seperti ini yang harus bekerja keras di ladang di bawah terik matahari! Dengan tersenyum Imam menjawab, “Wahai Ali! Mereka yang lebih baik dan mulia dariku juga bekerja keras dan mereka pun masing-masing memiliki pekerjaan.” Aku bertanya, siapa yang Anda maksudkan? Beliau berkata, yang Aku maksudkan adalah Rasulullah, Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib serta ayah dan para kakekku. Mereka bekerja dengan tangannya sendiri. Kemudian Imam menambahkan, pekerjaan yang Aku lakukan dan tengah kamu saksikan ini adalah pekerjaan yang pernah ditekuni seluruh nabi dan dengannya mereka memenuhi kebutuhan hidupnya
Di antara prinsip-prinsip pendidikan yang harus dilaksanakan adalah persamaan dan tidak membeda-bedakan serta menempatkan segala sesuatu pada tempatanya. Maksud dari persamaan adalah menghindari perilaku diskriminatif. Dalam hal ini harus dipahami bahwa diskriminasi berbeda dengan membedakan. Diskriminasi memiliki arti mengunggulkan seseorang dari yang lain tanpa sebab, ketika keduanya dalam posisi yang sama. Namun arti dari membedakan adalah mengunggulkan seseorang dari yang lain karena memang dikarenakan ia layak untuk menerimanya.
Dalam metode pendidikan Imam Kazhim as, diskriminasi dilarang, namun membedakan diperbolehkan. Diskriminasi di antara anak-anak akan menanam kebencian dan friksi serta gesekan dengan kedua orang tua di hati anak. Imam Kazhim as meriwayatkan dari ayahnya, “Seorang lelaki mencium salah satu dari kedua anaknya dan mengabaikan satunya. Rasulullah Saw dengan kecewa bersabda, mengapa kamu tidak memperlakukan sama keduanya?”
Bersambung ...