Infak dan Budi Luhur Imam Musa Kazhim
Syaikh Mufid menulis, “Musa bin Ja’far bersilaturahmi kepada para kerabatnya. Beliau memantau kaum fakir Madinah. Malam harinya, beliau membawakan mereka uang dinar dan dirham, tepung dan kurma sementara mereka tidak mengetahui dari mana barang-barang itu didatangkan untuk mereka.”
Muhammad bin Abdullah Bakri menuturkan, “Aku pergi ke Madinah untuk berhutang sejumlah uang. Akan tetapi, aku tidak menemukan seorang pun yang memenuhi kebutuhanku. Kemudian aku berkata kepada diriku, ‘Lebih baik aku datang ke Imam Abu Hasan as, mungkin beliau akan menyelesaikan kesulitanku.’ Imam as sedang berada di tanah pertaniannya, di luar Madinah.”
“Aku mendatanginya dan Imam as dengan pembantunya menghampiriku. Pembantu itu membawakan sebuah bejana berwarna-warni yang di dalamnya terdapat potongan-potongan daging yang telah masak dan tidak memiliki sesuatu yang lain. Musa bin Ja’far as menyantap potongan daging tersebut dan aku pun ikut makan bersamanya. Setelah itu, beliau menanyakan keperluanku. Aku menceritakan kepadanya apa saja keperluanku. Lalu, Imam as beranjak pergi meninggalkanku dan tak lama kemudian kembali. Mula-mula beliau menyuruh pembantunya menyingkir. Selepas itu, beliau menyodorkan kepadaku sebuah kantong berisi uang tiga ratus dinar. Kemudian beliau bangkit dan pergi. Aku membawa uang itu, menaiki kendaraan, lalu pulang.”