Imam Musa Kazhim, Teladan Pencari Kebenaran
Imam Musa Kazhim as yang saleh dilahirkan di Abwa, sebuah desa yang terletak di antara Makkah dan Madinah. Menurut salah satu riwayat beliau dilahirkan pada 20 Dzulhijjah 128 H. Ibunya bernama Hamidah.
Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Muslim Syiah, tapi juga Muslim Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazhim as.
Imam Musa Kazhim as meneruskan metode ayahnya dalam berdakwah yang menekankan pentingnya perombakan pemikiran dan akidah masyarakat masa itu dan memerangi aliran-aliran yang menyimpang dari koridor Islam. Dengan argumentasi-argumentasi yang kokoh, beliau telah membuktikan kerapuhan pemikiran-pemikiran atheis dan menyadarkan orang-orang yang sedang menyeleweng akan kekeliruannya. Tidak lama berselang revolusi pemikiran yang dirintis oleh Imam Kazhim as mengalami puncak kecemerlangannya dan mempengaruhi para ilmuwan yang hidup kala itu.
Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazhim as dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazhim as mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa Kazhim as menghentikan perlawanannya terhadap kezaliman.
Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa Kazhim as. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat ke-33 pada surah Yusuf: Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.