Doa nudbah(2)
Waktu Pembacaan
Disunnahkan membaca doa Nudbah pada empat hari raya, yaitu lebaran idul Fitri, Qurban, Ghadir dan hari Jum’at. [6]
Kandungan
Doa ini diawali dengan pujaan dan pujian kepada Allah swt dan salam kepada Nabi saw dan keluarganya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan filosofi dari keterpilihan para nabi dan wali dan diterimanya mereka di sisi Allah swt. Disinggung pula fase terpenting dari kehidupan setiap nabi-nabi Ulul Azmi dan sebelum mereka yaitu Nabi Adam as. Ditekankan juga bahwa supaya kebenaran senantiasa langgeng maka Allah swt menentukan wasi dan pengganti masing-masing mereka supaya kebatilan tidak mengalahkan kebenaran dan seseorang tidak lagi berdalih di hadapan Allah swt bahwa mengapa seorang nabi dan utusan tidak diutus dari sisi-Mu dan seorang pemberi petunjuk dan peringatan tidak datang sehingga kami dapat mengikuti ayat-ayat-Mu?.
Kemudian doa ini menjelaskan tentang penggantian Imam Ali as. Dengan mengutip sekelumit dari keutamaan-keutamaannya ia menyinggung tentang ketidaksetiaan dan kemalangan musuh-musuh agama yang menentang perintah Rasul saw dimana mereka membunuh Imam Ali as dan para pemberi petunjuk dari anak-anak beliau satu demi satu sehingga mereka gugur sebagai syahid. lalu doa ini menyinggung tentang istigasah dan penampakan rasa rindu kepada sang pewaris terakhir yang maksum dari keluarga Rasulullah saw. Kemudian ditutuplah doa ini dengan salam khusus atas baginda Rasulullah saw dan keluarganya disertai dengan serentetan permohonan penting demi dipercepatnya kemunculan Imam Mahdi as, terealisasinya pemerintahan yang hak, sirnanya kebatilan dan bertambah kuatnya hubungan dengan Imam Zaman as. [7]
1. Penjelasan-penjelasan Doa Nudbah
2. Syarhe Du’ā Nudbah, Shadruddin, Muhammad Hasani Mudarris Yazdi.
3. ‘Aqd al-Jammān linudbah Shāhib al-Zaman, Mirza Abdurrahim Tabrizi.
4. Wasilah al-Qurbah fi Syarh Du’ā al-Nudbah, Mulla Hasan Turbati Sabzawari.
5. Al-Nukhbah fi Syarh Du’ā al-Nudbah, Sayid Mahmud Mar’asyi.
6. Penjelasan atau terjemahan doa Nudbah, Muhaddits Armawi.
7. Ma’ālim al-Qurbah fi Syarh Du’ā al-Nudbah, Sardar Kabuli.
8. Wazhāif al-Syi’ah fi Syarh Du’ā al-Nudbah, Adib Isfahani.
9. Kasyf al-Kurbah, Muhaddits Armawi.
10. Nawide Bamdād Piruzi, Musawi Khurram Ābadi.
11. Nushrah al-Muslimin, Abdurridha Khan Ibrahimi.
12. Furugh al-Wilāyah, Ayatullah Shafi.
13. Al-Kalimāt al-Nukhbah, Athai Isfahani.
14. Risalah Haula Du’ā al-Nudbah, Muhammad Taqi Tustari.
15. Risalah Haula Du’ā al-Nudbah, Mirjahani Isfahani.
16. Sanade Du’ā al-Nudbah, Sayid Yasin Musawi.
17. Syarh Bar Du’ā Nudbah, Alawi Thaliqani.
Catatan Kaki
1. Shadr Jawadi, Dāirah al-Ma’ārif Tasyayyu’, jld. 7, hlm. 535.
2. Sayid Ibnu Thawus, Iqbāl, hlm. 604-609.
3. Mazār ibnu Masyhadi, hlm. 537-584.
4. Majlisi, Bihār, jld. 99, hlm. 104.
5. Zād al-Ma’ād, hlm. 303.
6. Sayid Ibnu Thawus, Iqbāl, hlm. 604-609.
7. Shadr Jawadi, Dāirah al-Ma’ārif Tasyayyu’, jld. 7, hlm. 535.