JEJAK ASYURA DI NUSANTARA
Kata "Sura", yang dipahami sebagai Bulan Muharram dalam Bahasa Jawa, diambil dari Bahasa Arab 'Asyura, yang berarti sepuluh, dan merujuk kepada hari ke-sepuluh di Bulan Muharram yang memiliki makna penting bagi umat Islam.
Jawa Tengah dan Timur
Di beberapa kota terdapat tradisi "Grebeg Suro" yang masih dipraktikkan hingga hari ini. Menurut tradisi ini, bulan Muharram dianggap sebagai bulan nahas karena pada bulan ini, cucu Nabi saw yang bernama “Kasan” (Hasan) dan “Kusen” (Husain) dibunuh oleh kaum yang zalim. Karena itu, orang-orang Jawa menjauhi perayaan pernikahan atau pembangunan rumah di bulan Suro atau Muharram.
Kraton Yogyakarta Hadiningrat
Peringatan menyambut masuknya bulan Muharam di Yogyakarta ditandai dengan ritual yang disebut Mubeng Beteng. Ritual ini dilakukan dengan mengarak benda pusaka mengelilingi benteng keraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama ritual tersebut, peserta tidak diperkenankan untuk berbicara, menyerupai orang yang sedang bertapa.
Kraton Solo Hadiningrat
Di Keraton Solo, tradisi menyambut malam satu Suro dipimpin oleh kerbau albino bernama Ki Slamet sebagai Cucuking Lampah. Ritual ini diikuti oleh para kerabat keraton serta masyarakat di sekitar Karanganyar, Boyolali, Sragen, dan Wonogiri. Sebelum Sura, pusaka utama keraton dijamas/dibersihkan sebagai bagian dari persiapan.
Madura
Di Sumenep, bulan Muharram dirayakan dengan tradisi membuat bubur tajin yang kemudian dibagikan kepada tetangga terdekat. Bulan Suro dipandang sebagai bulan nahas yang mengharuskan orang untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
Jawa Barat
Di Jawa Barat, terdapat tradisi membuat dan membagikan bubur “beureum-bodas” yang diistilahkan sebagai “bubur suro”. "Beureum" diasosiasikan dengan darah kesyahidan Imam Husain, sementara "bodas" melambangkan kesucian pribadi Imam Husain.
Pariaman, Sumatera Barat
Pada bulan Muharram, masyarakat Sumatera Barat merayakan dengan memasak bubur Asyura sebagai peringatan kesyahidan cucu Nabi saw, Imam Husain di Karbala.
Ternate, Maluku
Di Ternate, terdapat tradisi Takziah Asyura di manaumumnya sangat mirip dengan tradisi yang ada di pulau Madura. Selama 10 hari, setelah Asyura, orang-orang di Ternate memperingati hari musibah ini dengan berbagai larangan dan pemujaan bubur Asyura.
Aceh
Tradisi memasak Bubur Asyura telah menjadi ciri khas perayaan bulan Muharam di Aceh. Masyarakat Aceh memaknai bulan Muharram dengan melakukan kegiatan meriah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan, tradisi memperingati 10 Muharram dikenal dengan "Mappeca Sura", di mana masyarakat membuat bubur tujuh rupa atau bubur Syura yang dihias dengan telur berwarna, udang, dan berbagai bahan lainnya.
Inilah sebagian jejak Asyura yang terdapat di berbagai daerah di Nusantara, memberikan kontribusi yang beragam namun tetap memperingati peristiwa tragis yang terjadi pada hari Asyura.
Referensi:
1. Hidayah, Kharisma. “Jejak Tradisi Asyura di Indonesia.” Situs Kumparan.
2. Jalaluddin, Mubarak. “Mengenal Ritual Grebeg Suro di Hari Asyura.” Situs Republika.
3. Adyatma, Harsa. “Ritual Ritual Sakral Mubeng Beteng di Hari Asyura.” Situs Merdeka
4. Jalaludin, Mubarak. “Tradisi Takziah Asyura di Kota Ternate.” Situs Antara.
5. Pardede, Juli. “Tradisi Mappeca Sura di Sulawesi Selatan.” Situs Tempo.