Hitam Karbala
Hitamnya Karbala bukan sekadar warna, melainkan simbol dari kezaliman yang luar biasa. Tragedi ini mengingatkan kita pada pembantaian manusia yang bahkan lebih pekat dibandingkan dengan kengerian yang dilakukan Eropa pada Perang Salib dan di Andalusia, di mana seratus ribu orang, termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak, menjadi korban.
Sejarah Timur tidak mengenal dua jenis kejahatan yang sering muncul dalam sejarah Barat: pembakaran hidup-hidup dan pembunuhan massal terhadap wanita. Barat abad ke-20 mencatat tragedi pembakaran hidup-hidup ratusan ribu orang di Vietnam. Kejahatan di gurun Sina, di mana puluhan ribu tentara dibiarkan mati kelaparan dan kehausan karena jika ditawan harus diberi makan, adalah tindakan yang hanya dilakukan oleh Barat. Bahkan penduduk Palestina, termasuk Yahudi, tidak melakukan kekejaman semacam itu.
Semua kejahatan luar biasa ini dilakukan oleh Yahudi Barat. Karbala, dengan segala kejahatannya, adalah sebuah tragedi yang menggetarkan. Di dalamnya, terjadi pembunuhan terhadap anak muda dan bayi; kuda-kuda menumbuk tubuh-tubuh yang telah mati; manusia tidak diberi air; anak kecil dicambuk; dan tawanan dinaikkan di atas onta tanpa pelana. Ini adalah kemazhluman yang dilakukan oleh Yazid bin Muawiyah, Ubaidillah bin Ziyad, Umar bin Sa’ad, Syimir bin Dziljausyan, Khuli, dan lainnya.
Tragedi Karbala adalah simbol dari ketidakadilan yang mengingatkan kita pada kekejaman yang mampu dilakukan manusia. Ini adalah kisah yang terus dikenang, sebagai peringatan akan harga dari kebencian dan kezaliman yang tak terkendali.