Cara Mencintai Allah dan Rasulullah (2)
Dalam kitab Tafsir Haqaiq at-Tafsir, Syeikh Abu Abdur Rahman as-Sulami mengutip Sahl bin Abdullah yang menyatakan seseorang yang mencintai Allah dengan sebenar-benarnya adalah mereka yang perilakunya, perbuatannya, dan perkataannya mengikuti Baginda Nabi Muhammad Saw. Menurut as-Sulami untuk meraih cintaNya ialah dengan selalu mengikuti Nabi, karena ajaran Nabi itu ajaran yang optimal serta dengan ajaran tersebut kita akan mencapai kepada kecintaan yang agung.
Sheikh Muhammad bin Fadhil menambahkan bahwa pecinta Allah adalah seorang yang mengikuti Nabi, dan seorang yang itba’ kepada Nabi Saw itu tidak akan pernah untuk menyimpang dari ajaran-ajarannya, tidak menyimpang dari sunnah dan syariat secara dzohir maupun bathin sebab dengan rasa cintanya kepada Nabi Saw.
Dalam Kitab Tafsir al-Jailani, Sheikh Abdul Qadir al-Jailani menafsirkan, “Jika kalian wahai yang gelap dan yang asik di laut kelalaian serta kesesatan. Dan kalian mengaku cinta kepada Allah, siapa itu Allah— yang menampakan kalian dari ketiadaan, dan jika kalian ingin dekat disisinya, maka ikutilah aku!” kata Muhammad, “Dengan menjalankan perintahnya dan aturannya, niscaya Allah mencintai kalian. Karena Allah akan menempatkan kalian disisi-Nya dan Allah akan menyampaikan kalian pada pertemuan mulia dengan-Nya.”
Lebih lanjut al-Jailani menerangkan ketika Allah sudah cinta kepada seorang hamba, “sesungguhnya Allah akan mengampuni” ialah menutupi serta melenyapkan pandangan kalian dari melihat dosa kalian. Maksudnya ketika seorang hamba telah dileyapkan pandangannya tentang dosa-dosanya maka seseorang itu tidak akan melihat dosa, dengan artian seorang tersebut tidak akan berbuat dosa serta terus menerus mengingat Allah. Sebab yang karena dosa tersebut seseorang bisa terhijab atau tertutup untuk menyaksikan akan keindahan serta keagunganNya, dan untuk menyaksikan namaNya dan sifatNya, maka lakukanlah apa yang Allah perintah “dan Allah itu” yang memberi petunjuk kepada kalian ke jalan tauhidNya.
Makna “Allah Maha Pengampun” menurut al-Jailani adalah Dia yang menghilangkan penghalang-penghalang kalian untuk sampai kepada Allah, dan penghalang-penghalang itu adalah dosa. Sedangkan tafsir “Allah Maha Penyayang” ialah selalu menyayangi dan mencintai hambaNya dan selalu menyampaikan liyan kepada tujuan yang bahwasanya bukan mencintai Nabi yang menjadi tujuan, akan tetapi cinta Allah-lah yang menjadi tujuan manusia sebenarnya.
Sama seperti ketika Sahl al-Ṭustari di tanya, apa yang akan diperbuat Allah kepada hambaNya ketika ia telah mencintainya? Sahl al-Ṭustari menjawab: “Allah akan mengilhamkan kepadanya istighfar ketika mendapat kekurangan dan memberinya syukur ketika mendapatkan kenikmatan”. Istighfar menunjukan kepada pengaduan jiwa di sisi Allah sekaligus kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Adapun syukur menuntun bertambahnya kenikmatan dari Allah kepada hambaNya dan menunjukan keterjagaan hati yang senantiasa bergumul dengan penciptanya serta pengakuan atas kefakiran kepada pemberi nikmat yang akhirnya mengharuskan bersyukur kepadaNya.
Menghidupkan Sunnah-Sunnah Baginda Nabi
Di kehidupan dunia hari ini, dimana fitnah bertebaran di sekeliling kita, memang tidak mudah untuk menegakkan sunnah-sunnah Nabi secara totalitas. Namun justu di situasi yang seperti ini, kita dapat mengambil positifnya. Sebagaimana Rasulullah bersabada “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang mengenggam bara api.” (HR. Tirmidzi). Yaitu mereka yang menjalankan sunnah-sunnah Nabi di saat lingkungnannya mulai meninggalkan dan menjauhi, justu mereka mendapat keistimewaaan dari Allah.
Telah dijelaskan pula dalam ayat diatas, cara untuk memperoleh cinta Ilahi yaitu satu-satunya dengan mengikuti segala sesuatu yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada kita, baik secara perkataan, perbuatan, sikap, dan ajarannya. Jika ada orang yang mengharap cinta dari Allah akan tetapi ia tidak mau mengikuti apa yang diajarkan Baginda Nabi Saw, maka itu bukanlah cinta yang sejati. Ia tidak akan pernah dapat keagungan cintaNya. Wallahu a’lam.[]