Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dimensi Gemilang Imam Ali Zainal Abidin

1 Pendapat 05.0 / 5

Salah satu dimensi gemilang kehidupan Imam Zainal Abidin as adalah kegiatan sosial beliau. Kendati memiliki kedudukan yang tinggi, Imam Sajjad as selalu menekankan perbuatan membantu masyarakat. Setiap malam, orang-orang miskin yang tidak bisa tidur karena kelaparan selalu menunggu uluran tangan. Ketika malam gelap gulita, Imam Zainal Abidin as bangkit dan memasukkan makanan ke dalam karung, kemudian secara diam-diam meletakkannya di depan pintu rumah orang-orang miskin.

Salah satu tokoh terkenal di masa Imam Zainal Abidin as, Zuhri mengatakan, “Pada suatu malam yang dingin dan hujan, aku melihat Imam Zainal Abidin as di kegelapan malam sambil membawa karung. Aku berkata, ‘Wahai putra Rasulullah, apa yang sedang engkau bawa?’ Beliau menjawab ‘Aku ingin bepergian dan karung ini adalah makanan buat bekal di jalan.’ Aku berkata, ‘Budakku ada di sini dan ia dapat membantumu.’ Imam menjawab, ‘Tidak, aku akan membawanya sendiri.’”

Zuhri berkata, “Selang beberapa hari setelah peristiwa itu, Imam Ali Zainal Abidin tidak pergi kemana-mana. Kemudian aku melihat imam dan berkata kepadanya, ‘Apakah engkau tidak jadi bepergian?’ Imam menjawab, ‘Wahai Zuhri, maksud bepergian pada waktu itu bukan yang engkau pahami, tapi maksudku adalah perjalanan akhirat. Bersiaplah untuk perjalanan ini! Persiapan perjalanan ini adalah menjauhi dosa dan melakukan perbuatan baik.’” Zuhri akhirnya memahami maksud Imam Ali Zainal Abidin as dan karung yang dibawa malam itu berisi makanan yang akan dibagikan untuk orang-orang miskin.

Jiwa manusia sebagaimana raganya juga membutuhkan makanan. Ruh untuk mencapai jenjang spiritual membutuhkan makanan berupa ilmu, iman, dan makrifat. Salah satu kebutuhan ruh manusia adalah berdoa dan menjalin hubungan permanen dengan Sang Pencipta. Imam Ali Zainal Abidin as dalam sebuah doa yang indah menyebut zikir dan mengingat Allah Swt sebagai penyebab ketenangan dan kebugaran jiwa. Imam menyeru kepada Tuhan dengan berkata, “Wahai Tuhanku, hati dan relungku hidup dengan mengingat-Mu dan api kegelisahan hanya akan padam dengan bermunajat kepada-Mu.”