Salat, Wajah Agama
Imam Ali as berkata, “Segala sesuatu mempunyai wajah dan wajah agama kalian adalah salat. Maka jangan sampai salah seorang dari kalian mencoreng wajah agamanya.” (Biharul Anwar, juz. 82, hal. 227; Al-Wafi, jil. 7, hal. 55)
Jika agama seumpama sosok manusia, maka kedudukan salat bagi agama adalah seperti wajahnya. Wajah adalah anggota termulia di antara semua anggota badan. Salah satu identitas utama yang bisa dikenali dari manusia adalah wajah. Untuk membedakan kepala yang memuat organ terpenting tubuh ini adalah wajah. Di wajah menempel anggota-anggota tubuh yang sensitif seperti mata, telinga, hidung, mulut, dan gigi. Demikianlah salat, anggota dan identitas yang paling mulia kedudukannya di antara semua amal ibadah.
Mengapa salat disebut wajah agama? Karena keindahan seluruh “badan agama” bisa diringkas dalam satu figura; wajah. Jika kita bertemu dengan seseorang, pertama kali yang kita lihat adalah wajahnya. Jika kita melihat kecantikan atau ketampanan karena kecerahan terpancar dari wajahnya, maka kita akan merasa senang menyaksikannya. Namun jika kita melihat wajah itu bermuka masam hingga tak sedap dipandang mata, niscaya kita langsung menjauhinya.
Pada Hari Kiamat kelak, ketika amal perbuatan dihisab, jika salat membawa serta rida Allah Swt, niscaya kita akan memperoleh kasih-sayang dan ampunan-Nya. Namun jika salat kita malah menyebabkan murka Allah Swt, maka kita akan jauh dari rahmat-Nya dan amal ibadah kita lainnya akan menjadi sia-sia.