Kesehatan Mental dalam Konteks Sayyidah Zainab as & Relevansinya dengan Masa Kini (1)
Kesehatan mental menjadi salah satu topik yang banyak dibicarakan dan mendapatkan perhatian lebih dalam beberapa dekade terakhir, terutama di kalangan generasi muda, khususnya generasi Z (lahir sekitar 1997–2012) dan generasi Alpha (lahir setelah 2012) menghadapi tantangan kesehatan mental yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, dan teknologi. Tantangan-tantangan ini sering kali mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia, serta bagaimana mereka merespons stres, kecemasan, dan masalah emosional lainnya.
Beberapa fator terkait hubungan antara generasi sekarang dan kesehatan mental seperti teknologi dan media sosial, krisis identitas dan pencarian makna. stress akademik dan tekanan karir, perubahan sosial dan isu-isu sosial, teknologi yang serba instan yang menghilangkan proses yang membentuk ketahanan mental, dan lainnya.
Untuk menjaga kesehatan mental banyak upaya yang dilakukan sekarang ini seperti peningkatan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan mental seperti;
Terapi dan Konseling: Konseling online dan aplikasi kesehatan mental seperti Headspace, Calm, atau BetterHelp semakin populer di kalangan generasi muda. Ini memungkinkan mereka mengakses dukungan tanpa harus mengunjungi terapis secara langsung, mengurangi hambatan yang terkait dengan stigma.
Self-Care dan Mindfulness: Banyak anak muda yang kini lebih fokus pada praktik self-care, seperti meditasi, yoga, atau olahraga, untuk mengelola stres. Mindfulness dan teknik pernapasan juga semakin diterima sebagai alat untuk menjaga keseimbangan mental.
Mendukung satu sama lain.
Bagaimana kesehatan mental dalam konteks Sayyidah Zainab as dan relevansinya dengan kehidupan sekarang?
Sayyidah Zainab as, seperti yang tercatat dalam sejarah Islam, menghadapi ujian hidup yang sangat berat, namun beliau menunjukkan kekuatan mental yang luar biasa dalam menghadapi penderitaan. Salah satu aspek yang paling mencolok dari kehidupan beliau adalah bagaimana beliau mampu menjaga keseimbangan emosional dan mental meskipun berada dalam situasi yang sangat penuh tekanan. Inilah yang dapat diteladani di masa kini dalam menjaga kesehatan dan ketahanan mental.
Ketahanan Mental dan Sabar dalam Menghadapi Kesulitan
Ketika tragedi Karbala terjadi, Sayyidah Zainab as adalah saksi hidup dari pembunuhan terhadap saudara beliau, Imam Husain, serta para anggota keluarga dan sahabat beliau yang lain. Meski begitu, beliau menunjukkan tingkat kesabaran yang sangat tinggi. Dalam Islam, sabar bukan berarti pasrah begitu saja, tetapi merupakan bentuk kontrol diri yang kuat dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan dengan hati yang lapang. Beliau menjadi teladan dalam menghadapi penderitaan yang tidak terbayangkan bagi kebanyakan orang. Meski mengalami kesedihan yang sangat mendalam, Sayyidah Zaynab mampu menjaga ketenangan, keberanian, dan kekuatan dalam menghadapi ujian tersebut.
Ucapannya yang terkenal saat hendak meninggalkan tanah Karbala sembari memeluk jasad tak berkepala Imam Husain as, “Tuhanku, terimalah persembahan kami (Rabbana taqabbal minna hadzal qurban.)” bukti ketahanan mental dan kesabarannya.
Dalam hal kesehatan mental, ketahanan mental (resilience) adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan atau trauma. Sayyidah Zainab adalah teladan sempurna dari resilience ini. Beliau menunjukkan bahwa meskipun menghadapi rasa kehilangan yang sangat besar, kita masih dapat mengelola emosi dan terus bertahan dengan kekuatan batin yang mendalam.