Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Rencana keji itu diketahui oleh Rasulullah Saw melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril As. Nabi Saw memilih saudaranya Ali untuk menggantikannya tidur di atas ranjang dengan mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan Nabi Saw. Beliau hijrah dari Makkah ke Madinah dalam kegelapan malam. Kaum Musyrikin telah berkumpul untuk membunuh Nabi Saw. Betapa terkejutnya mereka tatkala mendapati Ali di atas ranjang Rasulullah Saw. Mereka segera mengejar Rasulullah Saw. Namun pengejaran itu gagal sehingga mereka pulang ke Makkah dengan tangan hampa.
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi Saw tiba di Quba, sebuah tempat di dekat kota Madinah. Penduduk desa menyambut kedatangan Nabi Saw dengan suka cita. Nabi Saw berencana membangun tempat salat dan menyusun tugas-tugas dakwah.
Pembangunan masjid Quba berjalan lancar. Nabi Saw turut mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunannya. Sesudah pembangunan masjid itu selesai, Nabi Saw melakukan salat Jum’at dan bertindak sebagai khatib. Salat Jum’at yang baru pertama kali ini dilaksanakan, diisi dengan ceramah singkat. Rasulullah Saw melakukan hal ini karena menantikan kedatangan Ali dari kota Makkah, juga bergabungnya para wanita keturunan Bani Hasyim, sehingga dapat bersama-sama memasuki kota Madinah.
Setelah kepergian Nabi Saw, Ali masih tinggal selama tiga hari di Makkah. Sebelum pergi, Ali menyerahkan amanah milik kaum Muslimin yang masih berada di Makkah. Beliau pergi bersama dengan para wanita keturunan Bani Hasyim pada malam hari, agar dapat bergabung dengan rombongan Rasulullah Saw di Quba.
Rasulullah Saw, Ali dan para wanita memasuki kota Madinah dengan sambutan hangat penduduk kota yang menantikan mereka. Setiap penduduk berlomba meminta Rasulullah Saw untuk bertandang ke rumah mereka. Tapi Rasulullah saw berkata: ” Berilah jalan pada untaku ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta ini berhenti. “
Sang unta berjalan hingga melintasi jalan-jalan kota Madinah hingga ia menghentikan langkahnya di depan pintu Abu Ayyub al Anshari. Di sanalah Rasulullah Saw di jamu.
Sesampainya di Madinah, Rasulullah Saw memerintahkan pembangunan masjid sebagai sarana dakwah dan pengajaran. Nabi juga segera menyerukan perdamaian antara suku Aus dan Khazraj yang telah berperang selama bertahun-tahun akibat hasutan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi.
Rasulullah Saw menciptakan suasana persaudaraan antara Muhajirin (orang yang hijrah) dengan Anshar (para penolong), sehingga kaum Muhajirin tidak menjadi beban dikemudian hari dan mereka dapat hidup dengan rukun dan damai. Orang-orang Yahudi Madinah memandang perbuatan ini sebagai suatu ancaman bagi usaha perekonomian mereka. Mereka memutuskan hubungan dengan kaum Muslimin. Mereka menghendaki perpecahan di kalangan kaum Muslimin serta membinasakan mereka. Rasulullah Saw menyadari sepenuhnya kegiatan-kegiatan kaum Yahudi. Beliau bertekad menghapus dan menghadapi persekongkolan licik itu.