Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Peperangan yang diikuti Nabi 2

0 Pendapat 00.0 / 5

Pada bulan Rabiul Awal tahun ke-7 Hijriah, Rasulullah Saw beserta 1.600 kaum Muslimin bertolak dari Madinah menuju Khaibar. Lasykar Islam dengan komandan Rasulullah Saw menyerang musuh dengan tiba-tiba dan dengan mudah merebut tanah Raji yang terletak di antara Khaibar dan Ghatfan.

4. Perang Khaibar

Panglima besar laskar Islam Rasulullah Saw menerapkan strategi militer yang jitu. Sehingga antara orang-orang Yahudi Khaibar dengan orang-orang Arab Ghatfan tidak dapat saling membantu satu sama yang lain.
Laskar Islam mengepung benteng Khaibar pada malam hari. Para Mujahidin, pejuang mulia Islam mengambil posisi di tempat strategis yang tersembunyi di balik tanam-tanaman palem. Dengan mudah mereka menguasai lembah Khaibar. Kemudahan ini berkat keberanian dan ketulusan mereka dalam berkorban. Namun sayang, dua lembah strategis yang menjadi markas kaum Yahudi tidak dapat dikuasai. Kaum Yahudi itu mempertahankan mati-matian markas mereka dengan melontarkan anak panah ke arah pasukan kaum Muslimin.
Rasulullah Saw memerintahkan kaum Muslimin untuk menyerang kubu pertahanan Yahudi itu dan menduduki benteng itu dalam tiga hari. Pada hari pertama, Rasulullah Saw memerintahkan Abu Bakar sebagai komandan tempur, namun tidak berhasil. Pada hari kedua Umar Bin Khatab bertindak sebagai komandan tempur, namun juga tidak berhasil untuk menaklukkan benteng itu. Sa’ad bin Ubadah pada hari ketiga ditugasi untuk menyerang dan menduduki benteng dan pertahanan Yahudi, namun juga gagal.

Melihat kegagalan kaum Muslimin merebut benteng tersebut, Rasulullah Saw bersabda: ” Esok aku akan memberikan bendera Islam ini kepada orang yang kembali hanya bila kubu pertahanan Yahudi itu telah dikuasai. “

Seluruh sahabat menantikan fajar tiba untuk menyaksikan siapa gerangan orang yang beruntung itu. Namun siapakah orang yang akan dapat melakukan itu selain Ali bin Abi Thalib?
Pada pagi harinya, Rasulullah Saw menyerahkan bendera Islam kepada Ali dan menugaskannya untuk menguasai lembah Khaibar. Rasulullah Saw mendo’akan untuk kesuksesan Ali.
Rasulullah Saw melakukan ini untuk menunjukkan kepada sahabat-sahabat yan lain tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib atas sahabat-sahabat yang lain.

Ali menerima tugas ini dengan penuh semangat. Ia bersama pasukannya bergerak mendekati pintu gerbang Khaibar. Pintu gerbang itu dijaga oleh dua orang gagah berani, Haris dan Marhab. Mereka menyerang pasukan Ali dengan garang sehingga dengan kocar-kacir menyelamatkan diri. Sebagai komandan perang, Ali segera menghadang kedua bersaudara itu. Dengan kegagagahan dan keunggulannya, ia mampu menghabisi kedua orang Yahudi itu. Orang-orang Yahudi yang berada di balik benteng menjadi ketakutan dan panik. Mereka cepat-cepat menutup pintu gerbang dan bersembunyi di baliknya. Pasukan Muslimin yang tadinya kocar-kacir melarikan diri, setelah melihat kemenangan Ali, segera kembali dan bersiaga di belakang sang komandan. Ali maju mendekati pintu gerbang itu dan mengangkat pintu itu tinggi-tinggi lalu membantingnya laksana singa yang sedang murka.

Ali menjadikan pintu gerbang sebagai perisai. Beliau melompat ke dalam parit dan menjadikan pintu gerbang itu sebagai jembatan untuk dilalui pasukan kaum Muslimin. Pasukan kaum Muslimin akhirnya berhasil dengan mudah memasuki benteng dan menduduki Khaibar, markas orang-orang Yahudi itu.

Sesungguhnya pintu gerbang itu sangat berat dan hanya mampu dipikul oleh 20 orang. Namun Ali dapat mengangkatnya sendiri dengan bantuan Allah Swt.
Tentang kekuatan yang menakjubkan itu, Ali berkata: ” Aku tidak dapat merobohkan gerbang itu dengan kekuatan manusia biasa. Kekuatan itu atas pertolongan allah Swt dan kekuatan iman yang kumiliki.Tanpanya aku tidak bisa berbuat apa-apa.”
Akhirnya pasukan Muslimin menguasai seluruh benteng yang ada di sekitar Khaibar dan menaklukkan orang-orang Yahudi. Sisa-sisa orang Yahudi memohon kepada Rasulullah Saw untuk diperbolehkan tinggal. Mereka ingin tetap dapat mengolah tanah tersebut untuk pertanian dan perkebunan. Mereka berjanji akan menyumbangkan setengah dari hasil panen itu kepada kaum Muslimin. Rasulullah Saw mengabulkan permohonan itu.

Tanah Fadak

Berita tentang penaklukan Khaibar terdengar oleh orang-orang Yahudi yang bermukim di Fadak. Mereka menjadi sangat risau dan ketakutan. Orang-orang Fadak itu mengutus wakil mereka untuk bertemu dengan Rasulullah Saw dengan membawa pesan tentang perlunya dibuat suatu perjanjian. Mereka kemudian menyerahkan separuh wilayah fadak kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw menghibahkan tanah tersebut kepada putrinya, Fatimah agar dapat dimanfaatkan untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya dan keperluan orang-orang miskin.

Sesudah perang Khaibar, Rasulullah Saw bertolak menuju Wadiul Qura (lembah Qura) yang menjadi pusat pemukiman Yahudi. Beliau dan pasukan Muslimin mengepung pemukiman itu dan menaklukkannya. Penaklukan itu berlangsung dengan mudah. Rasulullah Saw berjanji untuk mengembalikan tanah Yahudi itu kepada pemiliknya dengan syarat bahwa separuh dari hasil pertanian itu harus diserahkan kepada kaum Muslimin. Hal ini berlaku sebagaimana pengembalian tanah di lembah Khaibar, yakni separuh hasil pertanian itu harus diserahkan kepada kaum Muslimin.

Maksud strategis perjanjian ini untuk mengaktifkan sektor ekonomi dan mampu menghasilkan kesejahteraan umat sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dan hartanya jika ada panggilan perang.

Perang Mu’tah

Sebelum meletusnya perang Mu’tah, Rasulullah Saw mengutus Harits bin Umair kepada penguasa Suriah dengan maksud mengajaknya pada Islam. Namun pihak penguasa berlaku kurang ajar. Mereka menahan dan membunuh duta Islam itu. Setelah peristiwa ini Rasulullah Saw tetap mengutus 16 duta Islam (da’i) untuk mengajak penguasa Suriah dan rakyatnya kepada Islam. Sayang mereka juga terbunuh. Dari 16 orang da’i itu hanya satu orang yang mampu bertahan hidup.

Da’i yang berhasil lolos itu kembali ke Madinah dan melapor kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw sangat terpukul mendengar hal itu. Pembantaian terhadap para da’i itu membuat Rasulullah Saw mengeluarkan perintah untuk berjihad. Beliau mengirim 3.000 pasukan pada Jumadil Tsani tahun 8 Hijriah.

Sebelum pasukan Muslimin berangkat, Rasulullah Saw memberikan pengarahan kepada lasykar Muslimin: ” Yang akan memimpin pasukan pertama kali adalah Ja’far bin Abi Thalib, jika sesuatu menimpanya, maka tampuk kepemimpinan diserahkan pada Zaid bin Haritsah. Dan jika terjadi sesuatu pada Zaid, maka Abdullah bin Ruwahid yang menjadi pimpinan kalian. Dan jika Abdullah bin Ruwahid juga menjumpai syahidnya, maka pilihlah pemimpin di antara kalian. “

Setelah mendapatkan pengarahan dari penglima besar mereka, berangkatlah pasukan itu di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib. Ketika pasukan Muslimin sampai di dekat kota raja, mereka mendapat berita bahwa Raja Romawi telah mengirim 100.000 pasukannya ditambah 100.000 orang Arab untuk mengepung tentara Islam.

Perang yang tidak Seimbang

Lasykar musuh yang berjumlah 200.000 pasukan itu berhadapan dengan 3.000 pasukan Muslimin. Setelah berhadap-hadapan, perang pun meletus. Ja’far bin Abu Talib bertempur dengan gagah berani dan berhasil menewaskan banyak lasykar musuh. Namun ketangkasan bertempurnya tidak sebanding dengan jumlah musuh yang jumlahnya begitu banyak. Ia gugur sebagai syuhada. 


Pucuk pimpinan segera diambil oleh Zaid bin Haritsah. Zaid pun bertempur dengan gagah berani. Namun, ia pun syahid. Setelah gugurnya Zaid, Pasukan Muslimin dipimpin oleh Abdullah bin Ruwahid yang juga berakhir dengan kesyahidannya.
Dengan gugurnya para pimpinan mereka yang gagah berani itu, kaum Muslimin segera memilih seorang pemimpin dari kalangan mereka sendiri. Khalid bin Walid, yang baru masuk Islam, terpilih sebagai pimpinan kaum Muslimin setelah ditinggalkan oleh para pemimpin mereka. Khalid adalah seorang yang berpengalaman dan ulung dalam peperangan. Selaku komandan tempur, ia berfikir bahwa pertempuran yang sedang berlangsung berjalan tidak seimbang. Apabila terus dilanjutkan, pihak pasukan kaum Muslimin akan banyak menjadi korban. Oleh karena itu, ia menerapkan strategi perang yang jitu. Ia segera menarik pasukannya dari medan pertempuran.

Khalid bin Walid memerintahkan pasukannya untuk mundur pada malam hari. Pada shubuh hari, mereka bergerak maju kembali ke medan pertempuran dari segala penjuru. Dengan demikian, pihak musuh menyangka bahwa telah datang pasukan bantuan dari Madinah.
Dengan taktik perang seperti ini, Khalid berhasil mengecoh musuh dan menciutkan nyali bertempur mereka. Akibatnya, pihak musuh memutuskan untuk menghentikan pertempuran. Melihat musuh telah mundur dan menghentikan peperangan, Khalid beserta pasukannya kembali ke Madinah.

Rasulullah Saw amat berduka tatkala mendengar kesyahidan kerabat dan sahabatnya. Tetapi beliau memberikan penghargaan atas kecerdikan Khalid dalam bertempur.