Dimanakah arwah orang-orang yang telah lama meninggal dunia? (1)
Pertanyaan Anda pada hakikatnya terdiri dari beberapa pertanyaan tentang kehidupan manusia setelah kematian. Oleh itu, pertama-tama soal-soal ini akan kami runutkan untuk kemudian akan kami berikan jawabannya:
Manusia akan berada di mana hingga hari kiamat?
Bagaimana ciri-ciri tempat yang digunakan oleh orang-orang yang telah meninggal hingga sebelum tiba hari kiamat? Apakah mereka tidak membutuhkan ruang dan waktu?
Apakah semua manusia setelah meninggal akan berada di tempat yang sama? Atau karena manusia memiliki derajat keimanan yang berbeda-beda, maka mereka akan ditempatkan di tempat yang berbeda-beda?
Apakah kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang ditinggalkan akan memiliki manfaat bagi orang-orang yang telah meninggal dan akan membawa mereka ke derajat yang lebih tinggi?
Pertama, Barzakh adalah Terminal antara Dunia dan Akhirat
Dalil rasionalnya adalah ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang ada menjadi bukti bahwa dengan kematian seseorang maka ruh manusia akan tetap ada dan memiliki kemandirian. Dalam al-Quran ada penjelasan tentang kerusakan-kerusakan jasad manusia, bukan ruhnya. Al-Quran kadang-kadang dalam waktu-waktu tertentu ketika membicarakan masalah kematian akan menggunakan kata-kata: “tawaffâ” yang bermakna mengambil dan menerima tanpa mengurangi:
“Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhan-mulah kamu akan dikembalikan”[1]
Dalam al-Quran istilah ini digunakan sebanyak 14 kali dan tanda-tandanya adalah bahwa setelah meninggal, ruh manusia akan tetap hidup, tidak seperti badannya. Dalil-dalil lainnya juga ada dalam riwayat-riwayat dan ayat-ayat al-Quran yang membicarakan tentang pembicaraan para nabi dan para Imam dengan orang-orang yang telah meninggal di kuburan.[2]
Namun terkait dengan bahwa dimanakah mereka berada dan dalam keadaan bagaimana, maka jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dicari di dalam al-Quran. Al-Quran terkait dengan hal ini menjelaskan: “Dan di hadapan mereka terdapat alam Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”[3]
Yang dimaksud dengan alam barzakh adalah alam kubur, sebuah alam dengan kehidupan khusus hingga hari kiamat. Hal ini telah dijelaskan dalam hadis-hadis Syiah maupun Sunni.[4]
Barzakh bermakna jarak antara dua sesuatu dan dalam agama Islam bermakna alam antara alam dunia dan kiamat yang berbeda sekali dengan dunia materi. Entitas-entitas alam barzakh bukanlah wujud material tapi meskipun begitu memiliki ciri-ciri material[5] misalnya memiliki ciri-ciri bentuk, zaman, tempat dan lainnya dan memiliki keadaan yang yang berbeda-beda misalnya kesulitan, kebahagiaan dan kekhawatiran dan lainnya.[6]
Harus diperhatikan bahwa ketika dikatakan barzakh bukan alam materi, maka tidak boleh dibayangkan bahwa barzakh itu adalah angan-angan, fatamorgana dan ilusi, melainkan sebagiannya memiliki unsur-unsur materi.[7]
Untuk lebih jelasnya, akan lebih baik jika Anda memperhatikan catatan penting ini bahwa manusia terdiri dari dua badan: Badan ringan (mitsali) dan badan berat. Badan berat adalah badan yang ada di badan manusia terdiri dari makanan dan pakaian. Badan ringan adalah badan yang berada di alam tidur yang kadang-kadang dengan badan ringan manusia melewati beberapa kilo meter dalam beberapa detik saja dan oleh karenanya disebut dengan badan ringan karena apabila manusia ingin menempuh jarak itu dalam keadaan tidak tidur, maka akan memerlukan waktu selama berjam-jam untuk menempuh jarak sejauh beberapa kilo meter. Kita akan hidup di alam barzakh atau alam kubur dengan badan ringan hingga tiba hari kiamat. Setelah itu akan hidup kembali hidup susunan partikel-partikel yang terbungkus dan tersebar hingga membentuk badan berat dan ruhnya pun akan kembali kepadanya.[8]
Partikel membusuk tersebar lagi dan tubuh kita, berat badan dan jiwa akan naik.
Dan lagi dari membusuk dan partikel terdispersi membentuk tubuh kita, berat badan dan jiwa akan kembali. Menurut sebagian riwayat, pria hidup dengan bentuk seperti bentuk dan kerangka yang ada di dunia.[9]
Setidaknya, ada dua hal yang layak untuk disimak:
Alam barzakh lebih luas dari alam dunia karena alam mitsal lebih luas dan lebih besar dari benda materi dan tidak memiliki ukuran-ukuran yang terbatas
Dalam berbagai riwayat-riwayat, bumi sebagai tempat untuk memberi azab atau memberi barzakh dan tempat pertemuan arwah dengan keluarga mereka misalnya dalam sebagian hadis-hadis diriwayatkan bahwa surga adalah barzakh Wadi Salam dan apinya dalam Wadi Barhut dan Sahara Baitul Muqadas adalah tempat berkumpulnya arwah. Penentuan ini dapat disimpulkan bahwa arwah tetap menjalin komunikasi dengan dunia karena keunggulan tempat, waktu atau situasi yang ada.[10]
Ciri-ciri Kehidupan Barzakh
Sebagaimana yang telah kami katakan bahwa barzakh adalah periode antara dunia dan kiamat. Para filosof besar menilai bahwa barzakh adalah alam antara alam materi dan alam non materi (mujarrad). Alam ini dalam istilah filsafat disebut dengan alam mitsal. Oleh itu, entitas-entitas alam barzakh bukan materi, namun memiliki ciri-ciri materi karena juga bukan non materi (mujarad) secara penuh.[11] Oleh itu, barzakh tidak memiliki zaman dan tidak memiliki tempat namun zaman bisa saja terjadi di sana dan akan sangat cepat dilalui dibanding di dunia dan tempatnya juga boleh jadi lebih terbatas. Pembahasan ini juga bisa ditetapkan dengan ayat-ayat al-Quran.
Menurut keterangan ayat al-Quran: “Dan pada hari kiamat terjadi, orang-orang yang berdosa bersumpah bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja).”[12] Ayat ini menunjukkan bahwa orang ini dalam waktu beberapa lama tinggal di sebuah tempat dan waktu ini adalah barzakh.[13] Dari ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang serupa dapat dipahami bahwa dalam barzakh terdapat masa dan tempat, namun masa dan tempat ini memiliki keterbatasan yang lebih sedikit.
Alam barzakh bagi manusia berbudi baik adalah pembebasan diri dari penjara dunia namun akan menjadi hal yang sangat menakutkan bagi para pendosa. Manusia berdasarkan amalan yang diperbuat akan mengalami kemudahan atau kesulitan.[14] Terkait dengan bagaimana keadaan di alam barzakh terdapat keterangan dari riwayat dan kita akan memberikan salah satu contohnya.
Imam Ali As dalam surat kepada putranya: “Kuburan (kehidupan barzakh) ada dua macam: kebun-kebun dari kebun surga dan atau jurang dari jurang-jurang api neraka.”[15] Dari riwayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa nikmat-nikmat barzakh adalah contoh-contoh dari nikmat-nikmat ukhrawi dan azab-azabnya adalah contoh dari azab ukhrawi.[16]
Dalam sebagian riwayat juga disebutkan bahwa manusia mukmin memiliki tempat di surga dan dengannya ia menjadi bahagia.[17]
Tiga. Keadaan para penghuni barzakh
Sebagaimana bahwa manusia ketika tidur melihat mimpi jelek ia akan tersiksa dan akan rileks dengan tidur yang baik, maka para penghuni kubur pun akan berada pada dua keadaan: senang atau menderita. Demikian juga sebagian amalan-amalan seperti menganggap enteng salat, tidak menolong orang-orang yang terzalimi akan menyebabkan siksaan di alam barzakh. Dan sebaliknya, amalan-amalan seperti syahid di jalan Allah, tabligh agama dan memberi penerangan kepada masyarakat akan memberikan kesenangan di alam barzakh.[18]
Di samping orang-orang kafir, sebagian orang-orang mukmin juga akan mengalami azab di barzakh sehingga akan bersih (dari dosa) pada hari kiamat. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Siksaan kubur bagi orang-orang beriman adalah kafarah dosa israf (berlebihan dalam menggunakan sesuatu) dan tidak menggunakan nikmat-nikmat yang dimilikinya.”[19]
Para penghuni barzakh bisa dibagi menjadi tiga bagian dimana setiap bagian akan menempati suatu tempat: Kelompok kaum Mukmin, kelompok orang-orang kafir dan kelompok orang-orang mustadhafin.[20] Dalam riwayat yang berasal dari Imam Shadiq As dikabarkan bahwa arwah orang Mukmin berada dalam salah satu kamar surga sedangkan arwah kaum kafir berada di salah satu kamar neraka.[21] Dalam riwayat yang lain, arwah orang-orang mustadafin akan tetap berada di kuburan dan semerbak harum dari surga akan sampai ke kuburan mereka.[22]
Dalam riwayat yang lain juga dikatakan bahwa arwah kaum Mukmin akan berada di Wadi Salam.[23] Atau pada malam Jumat akan berada di sahara dekat Baitul Muqadas.[24] Hal ini tidak bertentangan dengan riwayat sebelumnya karena bisa jadi semuanya pada dasarnya berada di satu tempat yang sama atau arwah kaum Mukmin sebagian waktu berada di satu tempat dan pada waktu yang lain berada ditempat yang lain.[25]
Arwah orang-orang kafir juga berdasarkan riwayat berada di kamar salah satu kamar-kamar neraka atau berada di Hadra Maut, Yaman atau di Wadi Barhut.[26]
Namun arwah orang-orang mustadhafin tetap berada dikuburan mereka hingga hari kiamat dan apabila mereka memiliki amalan saleh maka akan terbuka sebuah jendela dalam kuburan mereka sampai ke surga dan mereka akan menerima manfaat dari jendela itu.[27]
Bersambung...