Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (1)
Peristiwa kurban Nabi Ibrahim as yang diperintahkan untuk menyembelih putranya Ismail as merupakan salah satu kisah terdalam dalam sejarah agama-agama samawi, yang mendapat perhatian besar dalam Al-Qur’an dan Sunnah dari sudut pandang makrifat, akhlak, dan tasawuf. Peristiwa ini bukan sekadar perintah lahiriah dari Tuhan, melainkan sebuah panggung penghambaan mutlak, keikhlasan, pelepasan dari keterikatan nafsani, dan puncak dari tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Tulisan ini bertujuan mengkaji berbagai dimensi peristiwa tersebut dan menganalisis hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya serta hubungannya yang mendalam dengan filsafat penyucian jiwa dalam ajaran Islam.
Tazkiyatun nafs dalam sistem pengetahuan Islam dipandang sebagai salah satu pilar utama kesempurnaan manusia. Kata tazkiyah bermakna pemurnian dan pertumbuhan, dan dalam istilah etika mengacu pada proses di mana manusia disucikan dari kotoran jiwa dan dunia, lalu melangkah menuju fitrah ilahi dan kedekatan kepada Allah Swt.
Di sisi lain, peristiwa ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail as, bukan sekadar ujian lahiriah, melainkan simbol kepasrahan, keikhlasan, dan puncak tazkiyah. Tulisan ini, dengan pendekatan Qur’ani, hadis, dan analitis, menjelaskan keterkaitan erat antara kurban ini dengan proses penyucian diri manusia.
Bersambung...