Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Siapa Ali Akbar bin Husain bin Ali?

0 Pendapat 00.0 / 5

Untuk seorang pemuda beriman, pemberani, pembawa

cahaya, dan pejuang Islam, Ali Akbar bin Husain bin

Ali as : “Para malaikat masuk mengunjungi mereka

dari semua pintu, seraya mengucapkan : “Salamun

‘alaikum bima shabartum – Salam atas kesabaran

kalian “. Alangkah bagusnya tempat kesudahan itu.”

(QS 13:23-24)

Ali Akbar adalah putra Imam Husain bin Ali as. Nama

ibunya adalah Laila binti Abu Murrah bin Urwah. la

mempunyai badan yang lebih besar dibandingan

saudaranya, Ali Zainal Abidin bin Husain. Oleh karena

itu, ia digelari Ali Akbar (Ali yang berbadan besar).

Ali Akbar dibesarkan oleh seorang ayah yang menjadi

cucu kesayangan Rasulullah Saw, dan seorang ibu yang

berakhlak mulia. la meneguk keimanan dan menyerap

ilmu dan ma’rifat dari ayahandanya. Maka tumbuhlah

Ali Akbar menjadi seorang pemuda saleh, pemberani,

cinta perjuangan, dan berani berkorban. Tidak sedikit

pun kelemahan terpancar dari jiwanya. la seorang

pemuda yang tangkas mengendarai kuda. Para ahli

sejarah menganggapnya sebagai pemuda Bani Hasyim

yang mahir mengendarai kuda.

Sejak kecil sudah tampak keistimewaan yang dimiliki

Ali Akbar yaitu sangat cermat dan berpandangan luas.

Sifat-sifat inilah yang sangat dikenal musuh-

musuhnya.

Apabila para pejuang Karbala kita bariskan, maka

akan kita dapati Ali Akbar berada di shaff (baris)

terdepan. Begitu pula dalam kecerdikan, keberanian,

dan perjuangannya, ia selalu tampil terdepan.

 

Kesetiaan dan Perjuangannya

Ali Akbar didampingi Ayahanda dan saudaranya

beserta pasukan yang menyertainya bergerak menuju

medan pertempuran. Mereka menyadari bahwa

berbagai rintangan sudah siap menghadang. Namun

tanpa gentar sedikit pun mereka terus bergerak

sambil mengibarkan panji-panji perlawanan kaum

tertindas.

Ali Akbar berjuang bahu-membahu bersama mereka

untuk menegakkan kebenaran. Jumlah musuh yang

begitu banyak tidak membuatnya gentar. Itulah sifat

dan akhlaknya yang memang sesuai dengan

kedudukannya. Bagaimana tidak, Ali Akbar adalah

putra Imam Husain as, pemuka para syuhada, putra

suci nubuwah, dan cucu kesayangan Rasulullah Saw.

Di tengah perjalanan, Imam Husain as. mendapat

berita tentang syahidnya Muslim bin Aqil dan Hani bin

Urwah. Beliau memahami bahwa penduduk Kufah telah

MENGINGKARI JANJI SETIANYA.

Ia lalu menyampaikan berita ini kepada para

pengikutnya. Setelah tahu apa yang telah terjadi,

sebagian pengikutnya yang mempunyai iman dan jiwa

yang lemah, Serta merta berlarian meninggalkan

Imam Husain as. Hanya sebagian kecil sahabatnya

yang masih setia menyertai.

Kejadian ini disaksikan sendiri oleh Ali Akbar.

Sungguh kecewa hatinya melihat orang-orang yang

menyia-nyiakan kesempatan emas untuk meraih

SYAHADAH ini. Namun hal itu tidak melemahkan

jiwanya sedikit pun. Ketegarannya bertambah ketika

melihat keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh

saudara-saudaranya, yang dengan tulus menyertai

perjuangan ayahnya.

 

Pendamping Ayahnya

Kafilah Imam Husain as. meneruskan perjalanannya

hingga sampai di suatu tempat bernama Dzu Hasmin.

Di sana, tentara Ibnu Ziyad yang dipimpin oleh Al-

Hurr bin Yazid Ar-Riyahi, siap menyongsong

kedatangan mereka. Menghadapi situasi seperti ini,

dengan gagahnya, Ali Akbar berdiri di antara ayahnya

dan pasukan Al-Hurr.

Ia melayangkan pandangannya ke arah pasukan musuh

yang menghadangnya. Dengan ruh kakeknya, Imam Ali

as, ia siap menghadapi musuh dan menyongsong

syahadah. Di bawah komando ayahnya, Ali Akbar

menggerakkan para pejuang Karbala.

Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah para

pemuda yang beriman kepada Tuhannya maka Kami

menambah petunjuk kepada mereka.” (QS Al-Kahfi:

13)