Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kalau Syiah Itu Agama Lain, Kenapa Kamu Menyerangnya Pakai Dalil Islam? (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Yang sering luput dari perhatian adalah bahwa Syiah tetap meyakini syahadat, menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab suci, Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir, serta melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lain. Mereka memiliki sistem fiqih, ilmu kalam, dan tafsir, sebagaimana mazhab-mazhab Islam lainnya. Lalu apa yang membuat mereka disebut agama lain? Apakah karena perbedaan dalam cara menafsirkan? Jika demikian, maka mazhab Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan Maliki juga punya perbedaan yang sangat mendasar dalam fiqih dan usul fiqh. Tapi tidak pernah ada yang menyebut mereka sebagai agama lain.

Jika alasannya karena ada oknum yang menyimpang, maka penyimpangan bisa terjadi di semua kelompok. Di kalangan Sunni juga ada yang mengkafirkan sesama muslim, membom masjid, atau menghalalkan darah sesama. Tapi tidak ada yang serta-merta menyebut mazhabnya sebagai agama baru. Penyimpangan oknum tidak bisa dijadikan alasan untuk membatalkan identitas keagamaan suatu kelompok. Kita bisa mengkritik perilaku, tetapi tidak asal mencabut status keislaman jutaan orang yang mengucap syahadat, mencintai Nabi, dan menjalankan rukun Islam.

Dalam realitas dunia Islam, Syiah merupakan mazhab terbesar kedua setelah Sunni. Mereka tersebar di Iran, Irak, Lebanon, Azerbaijan, Pakistan, dan negara-negara lain. Dalam banyak konferensi internasional, ulama Syiah duduk bersama dengan ulama Sunni membahas isu-isu keumatan, termasuk dalam Majma’ Taqrib Bain al-Mazahib al-Islamiyyah. Jika para ulama besar saja masih membuka ruang dialog dan perbedaan, mengapa sebagian orang awam justru sibuk memutuskan keislaman pihak lain?

Sudah waktunya kita bersikap rasional dan konsisten. Jika ingin berdialog, lakukan dengan ilmiah. Jika ingin mengkritik, lakukan dengan adil. Jangan terjebak pada kontradiksi yang hanya memperlihatkan kelemahan nalar. Kalau memang ingin menyatakan bahwa Syiah agama lain, maka berhenti gunakan dalil Islam untuk menyerang mereka. Tapi jika masih memakai dalil Islam, berarti Anda sendiri telah mengakui bahwa mereka masih satu rumah, hanya berbeda kamar.

Perbedaan adalah keniscayaan. Tapi kebenaran tidak pernah lahir dari cacian, melainkan dari dialog yang jujur dan pikiran yang jernih. Sebelum menyalahkan keyakinan orang lain, pastikan dulu bahwa logika kita tidak sedang membenturkan diri sendiri.

Mengkritik Syiah sah saja. Tidak setuju dengan ajaran mereka juga tidak masalah. Tapi menyebut mereka sebagai agama lain sambil terus menggunakan Al-Qur’an dan hadis untuk menyerang mereka adalah bentuk kegagalan berpikir yang serius. Kita tidak bisa terus menuntut konsistensi dari orang lain jika cara berpikir kita sendiri bertentangan.

Dalam iklim keumatan yang makin retak, narasi-narasi seperti ini justru memupuk kebencian dan memperlebar jurang sesama muslim. Saatnya bersikap dewasa secara intelektual. Islam bukan hanya soal identitas, tapi juga soal tanggung jawab pada kebenaran, keadilan, dan kejujuran berpikir. Jika ingin mengkritik Syiah, gunakan argumen ilmiah, bukan stempel “Syiah bukan mazhab, Syiah agama lain.”