Para Tawanan Ahlulbait di Damaskus: Ketika Kebenaran Menembus Kegelapan (2)
Ketika Imam Menjawab dengan Adzan
Kisah lain yang tak kalah menggugah terjadi tak lama setelah kafilah Ahlulbait memasuki Syam. Seorang pria bernama Ibrahim bin Thalhah bin Ubaidillah menghampiri Imam Ali Zainal Abidin as dan bertanya dengan nada penuh kemenangan, “Wahai Ali bin Husain, siapakah yang menang?”
Pertanyaan ini sebenarnya bukan sekadar retoris, tetapi mencerminkan cara berpikir politik mainstream: bahwa kemenangan berarti kekuasaan, tahta, dan kejayaan duniawi. Namun, jawaban sang Imam menghancurkan definisi itu.
Beliau berkata, “Jika engkau ingin tahu siapa yang menang, maka ketika tiba waktu salat, adzanlah dan dirikanlah salat.”
Jawaban yang diberikan Imam Ali bin Husain ini ingin menegaskan bahwa pertarungan dan pergulatan yang sebenamya adalah demi ditegakkannya adzan, takbir dan pengikraran atas keesaan-Nya, bukan demi pemerintahan dan kekuasaan Bani Hasyim. Dan bahwa kesyahidan Imam Husain as dan orang-orang pilihan dari kalangn Ahlulbait dan sahabatnya adalah sebab kelanggengan Islam Muhammadi dan tetap tegaknya Islam dihadapan kejahiliyahan Bani Umayah dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka yang tidak pernah merasakan manisnya iman dan Islam.
Islam Diselamatkan oleh Darah
Jawaban Imam Ali Zainal Abidin as adalah penegasan bahwa pengorbanan keluarganya bukan untuk merebut kekuasaan dunia. Kesyahidan Imam Husain as dan para sahabatnya adalah demi menjaga ruh Islam agar tidak hancur oleh kezaliman Bani Umayyah yang telah mengubah agama menjadi alat kekuasaan.
Di mata Yazid, kemenangan adalah kepala di atas tombak dan tahta yang dipertahankan dengan darah. Tapi di mata Ahlulbait, kemenangan adalah menjaga nilai-nilai Rasulullah tetap hidup. Maka meskipun jasad Imam Husain as terkapar di Karbala, semangat dan ajarannya tetap menyala di hati jutaan jiwa.
Epilog: Ketika Syam Membuka Mata
Kisah lelaki tua yang bertobat dan pengakuan diam-diam dari rakyat Syam setelah mendengar khutbah Sayyidah Zainab as dan Imam Sajjad as menunjukkan bahwa kebenaran tak bisa dibungkam selamanya. Negeri Syam yang awalnya tidak mengenal Ahlulbait, akhirnya menjadi saksi bahwa merekalah warisan sejati Rasulullah.
Catatan:
Dialog Imam Sajjad as dengan lelaki Syam terdapat dalam berbagai riwayat sejarah, seperti al-Irshad karya Syaikh Mufid dan Maqtal al-Husain karya al-Khwarizmi. Diriwayatkan juga oleh sejarawan Sunni seperti Abu Mikhnaf dan al-Tabari.