Gradasi Wujud, Gerakan Transubstansial, Pengampunan Dosa dan Penghapusan Amal (2)
Dalam logika yang sama, amal baik juga berwujud, karena ia meninggalkan bekas dalam jiwa: cahaya, kekhusyuan, kelembutan. Tapi jika amal itu dinodai dengan riya, atau dihapus oleh kezaliman, maka gerakan substansi pelakutidak lagi menuju cahaya, melainkan menurun kepada bentuk yang lebih gelap.
Bukan amal baiknya yang “dihapus” secara historis, tapi substansi jiwa pelaku bergeser ke bentuk yang tak pantas menerima balasan itu. Maka kenikmatan yang semestinya hadir pun mengecil, atau bahkan hilang—karena tidak ada “wadah” substansial untuk menampungnya.
Seperti gelas yang retak: bukan airnya yang tidak ada, tapi gelasnya tak lagi mampu menampungnya.
III. Maka, Apakah Dosa Kekal?
Tidak. Dosa tidak kekal secara substansial jika pelakunya bergerak secara eksistensial menuju pengampunan. Tapi jika tidak, maka ia tetap sebagai bagian dari wujudnya yang membeku dalam bentuk terendahnya.
Siksaan bukan hanya balasan, tetapi bentuk wujud itu sendiri.
Orang berdosa tak dibakar oleh api luar, tapi oleh bentuk wujudnya sendiri yang menolak Rahmat. Demikian juga, kebaikan tak selalu berbuah nikmat, bila substansi pelakunya mundur dan kehilangan bentuknya yang layak menerima cahaya itu.
IV. Maka, Apa Arti Pengampunan?
Pengampunan bukanlah “melupakan” dosa. Pengampunan adalah transformasi wujud, dari bentuk rendah menuju bentuk yang diterima oleh Rahmat. Dan penghapusan amal bukanlah kekejaman, melainkan konsekuensi gerakan jiwa ke arah yang membatalkan pantasnya menerima balasan itu.
Dalam dunia eksistensi yang terus bergerak, tiada sesuatu yang beku. Yang dosa bisa berubah jadi cahaya. Yang amal bisa terhapus oleh kabut hitam. Maka manusia hidup bukan dalam sistem hitung-menghitung, tapi dalam drama keberadaan yang penuh kemungkinan.
Sebait Puisi tentang Pengampunan
Wahai Tuhan Nan Mahapengasih
Aku datang bukan sebagai angka yang layak dihitung.
Dosaku mungkin seperti malam yang menjulur,
Tapi Engkau adalah pagi yang tak pernah bosan menjemput.
Jika tubuhku adalah batu, gerakkan ia jadi embun.
Jika jiwaku adalah arang, hembuskan ia jadi cahaya.
Karena dalam rumahMu, tak ada dosa yang kekal,
Kecuali bagi yang menolak berubah.
Wa maa taufiiqii illa billah ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aali Sayyidina Muhammad wa ‘ajjil farajahum…
Jakarta, 29 Juli 2025