Peristiwa Ghadir: Deklarasi Wilayah dan Puncak Risalah (4)
Ayat-Ayat Lain yang Berhubungan
Selain ayat Tabligh dan Ikmal, para mufasir juga mengaitkan peristiwa ini dengan ayat:
“Seorang yang meminta telah meminta azab yang akan terjadi bagi orang-orang kafir, yang tak seorang pun dapat menolaknya.”
(QS. Al-Ma’arij: 1–2)
Menurut riwayat, ayat ini turun terkait Nu’man bin Harits, yang menolak pengangkatan Imam Ali dan langsung ditimpa batu dari langit hingga mati (Wahidi Neisyaburi, Asbab al-Nuzul, hlm. 126).
Kitab al-Ghadir: Warisan Abadi
Kitab al-Ghadir karya Allamah Abdul Husain Amini adalah ensiklopedia terbesar tentang peristiwa ini. Beliau mengumpulkan bukti dari ribuan kitab Sunni dan Syiah, mencatat lebih dari 110 sahabat yang meriwayatkan hadis Ghadir, serta membantah segala bentuk pengaburan terhadap kebenaran sejarah Ghadir (Amini, al-Ghadir, jld. 1, hlm. 57).
Al-Ghadir dalam Tuturan Para Maksum
Peristiwa Ghadir Khum bukan sekadar momentum sejarah yang ditulis dalam lembaran kitab, tetapi peristiwa agung yang terus hidup dalam hati para Maksum. Para Imam Ahlulbait senantiasa menegaskan kembali kebenaran peristiwa ini, tidak hanya sebagai pengukuhan wilayah Imam Ali as, tetapi juga sebagai poros keimanan dan garis pembeda antara kejujuran dan kemunafikan. Ucapan-ucapan mereka menjadi bukti kuat bahwa Ghadir adalah amanat besar yang wajib diteruskan dan dijaga oleh setiap pencinta kebenaran.
Imam Ali as mengingatkan umat Islam akan janji yang telah mereka dengar sendiri dari lisan suci Rasulullah saw di Ghadir Khum:
“Wahai kaum Muslimin, Muhajirin dan Anshar! Apakah kalian tidak mendengar bahwa Rasulullah saw pada hari Ghadir Khum tidak bersabda begini dan begitu?”
Para hadirin menjawab: “Iya.” (Thabrisi, al-Ihtijāj, jld. 1, hlm. 80; Qurthubi, jld. 19, hlm. 278; Tsa‘labi, jld. 10, hlm. 35)
Sayidah Fatimah Zahra sa, putri Rasulullah saw, mengecam mereka yang melupakan peristiwa agung tersebut:
“Seolah-olah kalian tidak mengetahui apa yang disabdakan Nabi saw pada hari Ghadir Khum? Aku bersumpah demi Tuhan, pada hari itu adalah hari pengukuhan wilayah dan imamah bagi Ali as, sehingga akar keserakahanmu akan lenyap.” (Shaduq, al-Khishāl, hlm. 505)
Imam Hasan al-Mujtaba as pun menegaskan bahwa pengangkatan tersebut dilakukan di hadapan umat dan didengar oleh mereka secara langsung:
“Kaum Muslimin melihat Nabi saw dan dari beliau mendengar bahwa ketika Nabi saw mengangkat tangan ayahku pada hari Ghadir Khum, Nabi saw berkata kepada orang-orang: ‘Seseorang yang menganggap aku sebagai maula dan pemimpinnya, maka Ali adalah maula dan pemimpin baginya.'” (Shaduq, Amāli, jld. 2, hlm. 171)
Imam Husain as menambahkan dimensi pendidikan dan keteladanan:
“Rasulullah saw mengajarkan semua norma dan adab baik kepada Ali as dan ketika Ali as sudah kuat dan kokoh, maka tanggung jawab wilayah dilimpahkan kepadanya. Dan pada hari Ghadir beliau bersabda: ‘Siapa saja yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maula dan pemimpinnya.'” (Rei Syahri, Mawsu‘ah Imam Husain, jld. 2, hlm. 232)
Imam Ali Ridha as menuturkan makna metafisis hari Ghadir:
“Hari Ghadir adalah hari yang paling masyhur di antara penduduk langit daripada penduduk bumi… Apabila manusia mengetahui pentingnya hari ini, tak diragukan lagi bahwa para malaikat akan bersalam-salaman setiap hari dengan mereka sebanyak 10 kali.” (Thusi, Tahdzib al-Ahkām, jld. 6, hlm. 24)
Literatur-Literatur untuk Memperdalam Pemahaman tentang Ghadir
Untuk memahami kedalaman dan keluasan peristiwa Ghadir secara ilmiah dan historis, para peneliti dan pecinta Ahlulbait dapat merujuk pada literatur-literatur berikut:
1. Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab, karya Allamah Abdul Husain Amini (lihat: Al-Ghadir, jld. 2–11)
2.‘Abaqāt al-Anwār fi Imāmah al-Aimmah al-Athar (bagian hadis al-Ghadir), karya Mir Hamid Husain Kanturi Lakanhui
3. Ghadir dar Āine-ye Kitāb, karya Muhammad Anshari (bahasa Persia)
4. Chahārdah Qarn bā Ghadir, karya Muhammad Baqir Anshar (bahasa Persia)
5. Hamegān bā Payāmbar dar Hujjatul Wada, karya Husain Watsaqi
6. Al-Ghadir wa al-Mu‘āridhūn, karya Sayid Ja‘far Murtadha Amili (bahasa Arab)
7. Al-Ghadir fi al-Islam, karya Muhammad Ridha Farajullah Khalfi Najafi (bahasa Arab)
8. Syarh wa Tafsir Khutbah Payāmbar Akram dar Ghadir Khum, karya Sayid Muhammad Taqi Tsaqafi (bahasa Arab)