Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (8)
Bagaimana Pandangan Al-Qur’an?
Pengalaman transendental Dr. Eben Alexander dan argumen filsafat sepanjang zaman menemukan puncak penjelasannya dalam wahyu Ilahi. Al-Qur’an tidak hanya menyatakan keberadaan kehidupan setelah mati (alam akhirat) sebagai sebuah keyakinan, tetapi juga menyajikan logika, bukti, dan gambaran yang sangat kuat yang beresonansi dengan akal dan fitrah manusia.
Ayat-ayatnya menjawab keraguan materialis dan mengukuhkan gagasan tentang jiwa yang abadi. Berikut adalah lima hingga sepuluh ayat Al-Qur’an yang menggambarkan argumen-argumen sains dan filsafat tentang adanya kehidupan setelah mati.
1. Surah As-Sajdah (32): 9 – Argumen Penciptaan dan Pembangkitan Kembali
ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ قَلِيلًۭا مَّا تَشْكُرُونَ
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”
Ayat ini membedakan secara jelas antara tubuh jasmani (“menyempurnakannya”) dan roh (ruh) yang ditiupkan langsung dari Allah. Ini selaras dengan argumen filsafat Islam Ibn Sina dan Aquinas bahwa manusia adalah perpaduan materi dan immaterial spirit. Jika sumber roh adalah dari Allah, maka logis bahwa ia akan kembali kepada-Nya.
Ayat ini juga menjadi jawaban bagi yang meragukan kebangkitan: Jika Allah sanggup menciptakan manusia dari ketiadaan pada kali pertama, yang jauh lebih sulit, maka membangkitkannya kembali untuk kali kedua adalah hal yang mudah. Ini adalah argumen logis yang sering diulang dalam Al-Qur’an.
2. Surah YaSin (36): 77-79 – Argumen dari Kemahapengetahuan dan Kekuasaan Ilahi
أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَـٰنُ أَنَّا خَلَقْنَـٰهُ مِن نُّطْفَةٍۢ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌۭ مُّبِينٌۭ. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًۭا وَنَسِىَ خَلْقَهُۥ ۖ قَالَ مَن يُحْىِ ٱلْعِظَـٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌۭ. قُلْ يُحْيِيهَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”
Ayat ini secara langsung menjawab keraguan kaum materialis—seperti posisi awal Dr. Alexander—yang hanya percaya pada apa yang bisa dilihatnya. Keraguan, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur?” adalah pertanyaan materialis-reduksionis. Jawaban Al-Qur’an brilian: “Tuhan yang menciptakannya pada kali pertama.”
Ini adalah argumen dari kemahapengetahuan dan kekuasaan Ilahi. Logikanya tidak terbantahkan: Sang Pencipta awal, yang memiliki pengetahuan sempurna tentang setiap partikel penyusun tubuh manusia, pasti mampu untuk menyatukannya kembali. Ini memperkuat argumen filsuf seperti Al-Ghazali.
Bersambung...