Nur Muhammad saw: Sumber Ciptaan dan Rahmat Semesta (4)
Refleksi Imam Ali tentang Penciptaan
Dalam salah satu khutbahnya, Imam Ali berkata tentang rahasia penciptaan:
“Allah menciptakan langit tanpa tiang yang tampak, mengalirkan air di bumi yang keras, dan menegakkan gunung-gunung sebagai pasak. Dia mengutus para nabi berturut-turut membawa wahyu, hingga sampailah pada Muhammad, penutup para nabi, cahaya di atas cahaya.”
Ungkapan ini menegaskan kesinambungan sejarah kenabian yang berpuncak pada Rasulullah saw sebagai rahmat bagi semesta alam. (Nahjul Balaghah, Khutbah 91)
Merenungi penciptaan dunia, manusia, dan Nur Muhammad membawa kita pada kesadaran mendalam: hidup ini bukan sekadar perjalanan biologis, melainkan kosmik dan spiritual. Manusia bukan sekadar penghuni bumi, tetapi khalifah yang memikul amanah ilahi.
Cahaya Muhammad saw yang menjadi asal mula penciptaan mengingatkan kita bahwa inti dari keberadaan ini adalah tauhid dan rahmat. Semesta diciptakan bukan untuk kesia-siaan, tetapi untuk mengenal Allah melalui tanda-tanda-Nya, melalui para nabi-Nya, dan terutama melalui Rasul terakhir yang membawa agama penyempurna. (Al-Kafi, jilid 1, hal. 441)
Di tengah gelapnya zaman modern, kembali pada cahaya ini berarti kembali pada makna terdalam kehidupan: ketundukan kepada Allah, kecintaan kepada Rasul dan Ahlul Baitnya, serta tanggung jawab memakmurkan bumi dengan keadilan dan kasih sayang. (Bihar al-Anwar, jilid 15, hal. 30)